Lihat ke Halaman Asli

Salma

Airlangga University

Keseimbangan Energi dan Obesitas

Diperbarui: 28 September 2022   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus obesitas di Indonesia kian meningkat. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, usia 18 tahun ke atas, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas (Kemenkes, 2018). Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang obesitas, sebaiknya kita tahu dulu apa sebenarnya definisi obesitas itu. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan penggunaan energi dalam waktu lama (WHO, 2000). Kasus obesitas yang semakin meningkat menjadi tantangan bagi ahli gizi di Indonesia.

Penentuan status obesitas seseorang diukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Cara mengetahui BMI adalah dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Penyebab obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti faktor genetik, pola makan yang tidak sehat, jarang berolahraga, penyakit dan obat tertentu, usia, dan masih banyak lagi. Berbicara tentang pola makan, sebagai makhluk hidup kita pasti membutuhkan makanan sebagai sumber energi. Namun, kita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang kita butuhkan sebagai sumber energi dengan sembarangan.

Kita perlu mengetahui dan memilah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi harian kita sekaligus makanan yang dapat menunjang proses metabolisme tubuh kita dengan baik serta dapat mengetahui jumlah atau porsi makanan yang kita konsumsi. Selain itu energi intake dari makanan yang kita konsumsi juga harus seimbang dengan energi yang kita keluarkan. Seperti yang kita ketahui bahwa energi tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat berubah bentuk menjadi energi lainnya. Sama seperti keseimbangan energi yang terjadi di dalam tubuh kita. Jika sumber energi dari makanan yang kita konsumsi tidak seimbang dengan yang kita keluarkan, maka energi akan menjadi lemak yang ditimbun dalam tubuh dan juga menjadi asam laktat di otot.

Obesitas adalah salah satu contoh terjadinya keseimbangan energi positif dalam tubuh. Keseimbangan energi positif merupakan energi yang masuk (intake) lebih besar dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Sebagian besar ketidakseimbangan energi ini disebabkan karena faktor eksogen/nutrisional sedangkan faktor endogen seperti kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetik hanya menyumbang sebesar 10%. Oleh karena itu sumber energi yang masuk harus seimbang dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Sumber energi yang masuk dapat berupa makanan yang dikonsumsi, sedangkan energi yang dikeluarkan berupa energi untuk kebutuhan basal, olahraga, dan aktivitas fisik.

Maraknya makanan cepat saji (fast food) yang menjadi trend di kalangan masyarakat sekarang menjadikan pola konsumsi mereka berubah menjadi makanan yang high calories, high carbo, high fat, dan high sugar. Makanan-makanan tersebut mengandung banyak kalori, dimana kalori yang dibutuhkan oleh setiap individu akan berbeda-beda. Kebiasaan tersebut menyebabkan kurangnya seseorang dalam mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung gizi yang tinggi seperti sayuran dan buah-buahan, sehingga terjadi kurangnya kebutuhan gizi dalam tubuh seseorang.

Makanan berlemak memiliki rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya akan terjadi ketagihan atau konsumsi yang berlebihan. Jika cadangan lemak dalam tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak yang tidak diimbangi dengan oksidasi lemak akan menyebabkan sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak. Jika hal tersbut ditambah dengan kebiasaan hidup yang tidak sehat, seperti kurang olahraga, kurang melakukan aktivitas atau sekarang dikenal dengan sebutan mager (malas gerak) akan menyebabkan peningkatan prevalensi seseorang untuk mengalami obesitas.

Segala hal yang berlebihan tentu tidak baik, begitu juga dengan obesitas. Obesitas menyebabkan terganggunya fungsi tubuh yang lain yang akan menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit seperti kolesterol, hipertensi, diabetes, gangguan jantung, dan lain sebagainya. Maka dari itu sangat penting untuk menjaga keseimbangan energi dalam tubuh kita. Keseimbangan energi memegang peranan yang penting untuk kesehatan tubuh. jika kita memiliki keseimbangan energi yang baik, maka metabolisme tubuh akan dapat dilakukan dengan baik. Mengingat kejadian obesitas bersifat multifaktoral, maka penatalaksanaan obesitas harus dilakukan secara multidisiplin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, dan membiasakan untuk pola hidup yang baik.

Mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati. Banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya obesitas, salah satunya adalah dengan menjaga keseimbangan energi. Dengan memperharikan apa yang kita konsumsi dan bagaimana kita menggunakan energi tersebut dengan baik, maka kasus obesitas di Indonesia akan dapat berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline