Lihat ke Halaman Asli

Televisi Indonesia dan Perkembangan Anak Bangsa

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semakin bertambahnya tahun, semakin pula zaman ini semakin maju. Namun, mengapa televisi Indonesia malah semakin memberikan tanyangan yang tak mendidik bagi para konsumennya? Tanda tanya besar. Seperti yang dapat kita ketahui sinetron-sinetron masa kini hanya sebatas sinetron alay dan bercerita tentang para remaja labil masa kini. Adegan-adegan yang secara tidak langsung mengajarkan para generasi muda Indonesia untuk mengikutinya dan memberikan pengaruh negatif untuk mereka. Adegan yang tak seharusnya dibuat contoh dan dipraktekan secara langsung. Banyak pula remaja yang telah keluar dari batasnya, banyak yang bertindak tak sesuai dengan usianya. Dan lagi, pemain-pemain sinetron kini banyak yang menjelma menjadi berbagai jenis binatang, manusia menjadi harimau lah, serigala, bahkan vampir. Bahkan, sinetron-sinetron seperti itu malah mendapatkan respon dari penonton lebih baik dan memberikanya rating yang sangat tinggi. Seperti kebiasaan sinetron Indonesia, semakin tinggi rating acara itu, waktu tayangnya pun akan semakin diperpanjang entah sampai kapan. Sehingga, biasanya cerita sinetron itu sudah melenceng jauh dari cerita sebelumnya. Jika terus dibicarakan, semua ini tak ada habisnya dan dengan topik yang sama setiap harinya. walaupun sebenarnya tak semua saluran televisi menayangkan acara yang tak mendidik. Jika saya bertanya “Dimana saya dapat melihat pidato Presiden dengan lengkap?”, yang sudah pasti jelas, bukan di televisi jawabanya.

Generasi muda butuh pendidikan lebih, bukan hanya pendidikan yang didapatkan dari sekolah saja, bukan hanya teori. Namun, semua yang kita berikan kepada Indonesia harus mengandung pendidikan. Karna apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan adalah pendidikan. Jauhkan anak-anak bangsa dari kemunduran, kita perbaiki, majukan dan sejahterakan bangsa ini.

Jika sebelumnya kita mengenal virus Korea atau yang lebih dikenal dengan kata “halyu”, mengapa televisi Indonesia tidak mencontoh Korea dengan memberikan asupan untuk konsumenya dengan sinetron yang lebih baik dan mengandung pendidikan didalamnya, entah itu pendidikan tentang kehidupan, atau tentang pendidikan apapun dalam jangkauan yang positif. Bukan hanya mencontoh drama-dramanya dan diterjemahkan serta diperankan ulang oleh artis-artis Indonesia. Hanya berujung seperti inikah perjuangan para pejuang bangsa selama ini? Jika suatu saat kita ditanya oleh Bung Karno bagaimana bangsa dan negaranya, apa jawaban yang kita punya?

Kreatif, bangsa ini harus kreatif dan aktif. Majukan bangsa, majukan negara. Negara kita adalah negara yang kaya, yang alam dan keindahanya melimpah ruah. Dimana sawah terhampar, gunung-gunung menjulang tinggi dan dengan kekayaanya tak tertandingi. Semua ini hanya kurang disyukuri, tak dimanfaatkan dengan baik. Bukankah jika kita perlu hutan, kita mempunyai banyak hutan dengan segala macam isinya. Jika kita memerlukan lautan yang indah, kita mempunyai banyak laut yang berlimpah. Danau, gunung dan masih banyak lagi yang dapat kita manfaatkan. Indonesia milik kita, jiwa raga kita, nyawa kita, dan harga diri kita. Banyak orang berjuang untuk dirinya sendiri dan akhirnya membuahkan nama baik untuk Indonesia. Banyak pula sebaliknya.

Indonesia berbakat, bangsanya berbakat, alam dan kekayaanya pun mendukung. Manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ajarkan bangsa ini untuk bersyukur. Akan jadi apa bangsa ini tergantung oleh para generasinya. Marilah kita berjuang demi Indonesia Pusaka, demi Indonesia yang lebih maju, demi Indonesia yang lebih baik. Tunjukkan rasa terimakasih kita untuk Indonesia, tanah ibu Pertiwi yang telah membesarkan kita, tanah yang setiap hari kita jejaki, udaranya yang selalu kita hirup, dengan memberikan segenap hidup kita untuk berjuang memajukanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline