Lihat ke Halaman Asli

Salma Ayunda

Mahasiswi

Memahami Self Awareness dan Pengaruhnya

Diperbarui: 13 April 2020   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Self-awareness atau kesadaran diri. Seberapa dalam kah kita mengenali diri kita sendiri? Apakah kita pernah merasa bahwa diri kita paling baik diantara orang lain atau justru sebaliknya? Apakah semua orang mempunyai kesadaran diri? Apakah lingkungan juga berpengaruh pada keadaran diri kita?

Mari kita belajar bersama tentang self-awareness. Setiap orang mempunyai kesadaran diri masing-masing dan berbeda-beda. Bahkan terkadang ada juga orang yang kehilangan kesadaran dirinya. 

Maka dari itu, kita perlu untuk melatih kesadaran diri. Latihan kesadaran diri merupakan latihan sepanjang hayat dan tidak akan ada batas akhirnya. Kesadaran diri merupakan ranah efektif, namun untuk mewujudkannya berkaitan dengan ranah kognitif dan psikomotorik. 

Dalam ranah kognitif seseorang diharapkan untuk memahami dan mengerti segala sesuatu tentang dirinya dan lingkungannya. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan kecenderungan bertindak individu untuk mewujudkan bahwa dia telah mempunyai kesadaran diri.

Dalam konteks konseling, Locke memperlihatkan adanya kontinum kesadaran lintas-budaya yang harus dilewati konselor sebelum melaksanakan konseling lintas-budaya. Kontinum ini dimulai dari kesadaran konselor akan dirinya.

 Kesadaran diri diikuti oleh terbentuknya kesadaran akan kebudayaannya sendiri, kepekaan akan adanya ras, seksisme, dan kemiskinan dalam masyarakat, kesadaran akan adanya perbedaan individual, kesadaran akan adanya kelompok-kelompok budaya lain dan keanekaragamannya, dan akhirnya pengembangan teknik-teknik konseling.

Selanjutnya, Apa kaitannya kesadaran diri dengan pengembangan karakter?

Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti termasuk kekuatan bathin dan karakter, pikiran dan tubuh anak. Bagian-bagian tersebut tidak bisa dipisahkan supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak. 

Pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Kemudian membentuk jati diri dan perilaku. Oleh karena itu, sekolah sebagian dari lingkungan yang memiliki peran sangat penting. 

Diharapkan agar sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya memiliki school culture, dimana setiap sekolah mempunyai pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.  

Memperhatikan beberapa hal di atas, hendaknya pendidikan karakter ini tidak dijadikan kurikulum yang baku, malainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline