Lihat ke Halaman Asli

Salma Ayunda

Mahasiswi

Mengembangkan Peran Gender pada Anak

Diperbarui: 3 Maret 2020   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

theodysseyonline.com

Mungkin bagi sebagian orang sudah tidak asing lagi dengan kata "gender". Namun terkadang orang juga menyalah artikan kata gender itu sendiri, bahkan dari kalangan mahasiswa pun juga belum memahami penuh apa itu gender. Lalu, apakah definisi dari gender itu sendiri? 

Gender bukanlah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam segi fungsi, peran, tanggung jawab, hak, perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial budaya ataupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat dan bisa berubah sesuai waktu dan kondisi setempat. 

Kalau selama ini kita berpikir bahwa laki-laki harus bekerja dan dijadikan raja dalam keluarga, sedangkan perempuan mengasuh atau menjadi rumah tangga. Ketika hal tersebut menjadi terbalik, dalam artian laki-laki yang di rumah dan perempuan yang bekerja maka dalam masyarakat awam itu akan menjadi problematika peran gender. Padahal yang dimaksud dengan gender bukanlah seperti itu. 

Dengan begitu, gender menyangkut dengan aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia. Menjadi sebuah kewajaran kalau laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan jenis kelamin, fungsi dari alat reproduksi dan tanda-tanda fisik yang muncul ketika baligh pun juga berbeda. Namun jenis kelamin itu memang sudah menjadi kodrat manusia yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan akan tetap berlaku sepanjang zaman atau permanen. 

Dari situlah muncul peran gender yang pantas untuk laki-laki itu bagaimana begitupun dengan perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan laki-laki tidak pantas melakukan apa yang dilakukan oleh perempuan, begitupun sebaliknya. Tapi bagaimana kenyataannya dalam hidup kita saat ini? Apakah yang orang pahami mengenai gender itu sendiri?

Dalam kenyataan hidup saat ini, masih terkenal dengan istilah stereotipe. Apa sterotype itu sendiri?

Stereotipe merupakan pandangan umum yang telah menjadi ketetapan dalam kehidupan sehari-hari atau anggapan terhadap seseorang baik tingkah laku, hak ataupun fungsi seseorang  mengenai peran gender. Banyak permasalahan yang hadir karena kesalah fahaman peran gender dalam masyarakat. Misalnya, seorang ibu mempunyai anak yang nikah dengan cewek yang berkarir tinggi. 

Pada suatu hari, anak laki-laki ibu ini dipecat dari pekerjaannya. Akhirnya, antara suami istri tersebut sepakat bahwa yang suaminya menjaga anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Sedangkan si istri tetap bekerja sesuai karirnya. Dari sinilah muncul pemicu untuk mengakhiri hubungan yang telah terjalin baik. 

Bisa karena orang tua si suami tidak menerima kalau anaknya berperan sebagai rumah tangga. Atau bisa jadi orang tua si istri tidak terima kalau anaknya bekerja untuk keluarganya. Kalau sudah begitu rumah tangga bisa menjadi goyah meskipun antara keduanya sudah menyepakati keputusan sebelumnya. Itulah sebagian contoh dari peran gender. Namun juga ada masyarakat yang fleksibel mengenai peran gender antara laki-laki dan perempuan.

Bagaimana mengembangkan peran gender anak?

Kita bisa melakukan banyak hal untuk mengenalkan peran gender pada anak. Kita bisa mengenalkannya melalui cerita bergambar juga permainan. Langkah awal yang sebaiknya kita lakukan adalah mengenalkan mengenai identitas gender pada anak. Anak akan mampu mengenali atau sadar kalu dia laki-laki atau perempuan saat dia berusia 4 tahun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline