Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Kelangkaan di Kala Pandemi Covid-19

Diperbarui: 15 Juli 2021   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelangkaan yang terjadi pada beberapa komoditas barang merupakan suatu hal yang lumrah terjadi saat ini. Kelangkaan tersebut menyebabkan munculnya kondisi "panic buying". "panic buying" itu sendiri dapat kita sebut sebagai pembelian suatu barang atas dasar kepanikan. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya tindakan membeli atau menimbun barang dalam jumlah besar dengan tujuan untuk mengantisipasi terjadinya suatu bencana, atau bahkan kenaikan maupun penurunan harga.

Dampak pandemi Covid-19 ini tidak hanya dari penyakit yang ditimbulkannya saja, namun juga dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dampak dari virus Corona ini acap kali berimbas pada kehidupan perekonomian yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan dan kelangkaan sejumlah barang di Indonesia. Melansir dari situs berita Merdeka.com, masker semakin langka semenjak virus Corona merebak di Cina, sehingga Cina meminta Indonesia mengekspor masker ke negaranya. Berdasarkan keputusan menyetujui permintaan masker dari Negara Cina ke Indonesia, alhasil menyebabkan kelangkaan masker yang juga berdampak pada naiknya harga masker itu sendiri.

Fenomena "panic buying" terjadi di beberapa kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya. Terjadi peningkatan penjualan bahan pokok di kota-kota besar tersebut yang besarnya diperkirakan mencapai 10 hingga 15 persen dari biasanya. Bahan pokok yang umumnya dibeli masyarakat saat "panic buying" yaitu minyak goreng dan beras. 

Namun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir memaparkan berita yang kiranya dapat membuat masyarakat menjadi sedikit lebih tenang. Hal itu ia sampaikan pada kegiatan peninjauan salah satu gudang beras milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) di Sunter, Jakarta Utara. Erick memastikan bahwa stok beras Indonesia terbilang aman di tengah merebaknya virus Corona, Bulog memiliki stok beras sebanyak 1,65 juta ton beras di seluruh gudang yang tersebar di seluruh bagian Indonesia.

Liputan6.com melakukan wawancara dengan Brigjen Daniel Tahi Monang Silitonga selaku kepala Satgas Pangan Polri. Pada wawancara itu ia mengatakan bahwa tidak bisa berbuat banyak untuk menyikapi fenomena "panic buying" yang terjadi di masyarakat. Kendati begitu, pihaknya akan tetap memastikan ketersediaan kebutuhan pokok hingga pendistribusiannya ke konsumen berjalan baik dengan menerjunkan personelpersonelnya. Selain itu, personel Satgas Pangan Polri juga ditugaskan untuk mengamankan pusat-pusat perbelanjaan yang telah dipetakan sebelumnya. Dalam hal ini Satgas Pangan Polri akan mengambil tindak tegas terhadap pihak-pihak yang menjadikan situasi ini untuk mengambil keuntungan.

Tulus Abadi selaku Ketua Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) menyampaikan himbauan kepada para produsen untuk tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Mengeksploitasi masyarakat dengan menjual kebutuhan masa pandemi ini dengan harga yang fantastis demi mengambil untung tanpa memikirkan imbas selanjutnya dinilai amoral olehnya. Hal tersebut menunjukkan pelanggaran terhadap etika dan norma sosial yang berlaku. Presiden Joko Widodo juga turut langsung memberikan perintah kepada Kapolri Jendral Idham Aziz untuk menindak tegas berbagai pihak yang memanfaatkan pandemi virus Corona untuk berbuat curang.

Pada awal pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia, ketersediaan hand sanitizer atau cairan pencuci tangan juga mengalami kelangkaan. Harga cairan pencuci tangan tersebut meroket dua hingga tiga kali lipat di E-commerce Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Telunjuk.com selaku situs yang merangkum produk yang dijual dari beberapa E-Commerce Indonesia, harga hand sanitizer ukuran 500 mililiter megalami kenaikan harga hingga mencapai angka Rp60.000 rupiah pada 11 Maret 2020. Meski harganya terus mengalami kenaikan, pemasaran hand sanitizer tetap tinggi sebab masyarakat khawatir tidak akan mendapatkan produk tersebut karena kehabisan pasokan, hal inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena "panic buying" pada produk hand sanitizer.

Kasus kelangkaan yang terbaru akibat pandemi Covid-19 terjadi pada pasokan oksigen medis di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19. Terkait kondisi tersebut, salah satu rumah sakit yaitu RSUP Dr. Satdjito mengirimkan surat untuk memohon dukungan oksigen demi menangani pasien Covid-19 kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia serta beberapa pejabat lainnya. Menghadapi persoalan ini, pemerintah mendapatkan acutan sebab Indonesia sendiri tidak memiliki perusahaan yang bergerak khusus pada penyediaan suplai oksigen. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir mengatakan, dalam upaya mengisi pasokan oksigen, pihaknya telah meminta kepada perusahaan-perusahaan BUMN strategis untuk membantu menyediakan oksigen melalui prasarana yang dimiliki oleh tiap-tiap perusahaan.

Berbagai kelangkaan terjadi tak lepas dari fenomena "panic buying" yang terjadi di kalangan masyarakat luas, kedua hal tersebut berhubungan sebab-akibat. Masyarakat cenderung membeli secara berlebihan dikarenakan adanya rumor tentang gangguan pasokan yang disusul dengan fakta yang membenarkan gangguan pasokan tersebut, namun permasalahnya ialah rumor mendahului fakta. Masyarakat sekarang mengumpulkan barang bukan karena terbatasnya persediaan, kepanikan dalam membeli itulah yang menyebabkan ketersediaan barang menjadi langka dan terbatas. Jadi sebaiknya kita menghindari "panic buying" karena hal itu terbukti berdampak besar pada perekonomian, salah satunya kelangkaan dan meningkatnya harga seperti yang sudah di bahas dalam artikel ini. Bersikaplah bijak dalam membeli dan jangan menimbun barang yang sebetulnya tidak kita butuhkan.   

       
DAFTAR PUSTAKA
1. Arintha Widya. 2021. Selain Sebabkan Kelangkaan, ternyata ini dampak Panic Buying Menurut Pakar [internet]

2. Yohana Artha Uly. 2021. Tak Punya BUMN yang Produksi Oksigen, Ini Cara Erick Tohir Atasi Kelangkaan Oksigen [internet]. Kompas.com.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline