Perjalanan yang sangat melelahkan menelusuri jejak rute sepanjang jalan raya zona pesisir barat selatan. Bermula titik keberangkatan dari Abdya negeri "breuh sigupai."
Kendaraan kami sama-sama melaju cepat, mengikuti irama bukit-bukit nan indah kawasan perkebunan kelapa sawit gunung tran. Kami pun sempat berhenti sejenak di sebuah pondok kedai kopi sambil menikmati seduan secangkir white coffee pancong.
Tak lama kemudian, kami kembali melanjutkan perjalanan. Tak terasa iringan alunan musik Dj Host yang dahsyat membuat kami lupa sudah berapa jauh kami meninggalkan Abdya. Memang dasar musik "sungguh terlalu" kata bang Rhoma bisa-bisa menghipnotis alam bawah sadar kita.
Dari jauh mata memandang tampak jembatan besar yang dihiasi lampu berjejeran. Kata ayah tuah "tiang-tiang lampu itu kayak buah zakar" sontak saja kami seisi mobil yang berjumlah 4 orang itu tak tak sanggup menahan gelak tawa. "Hahahahaha...." Ada-ada saja ayah tuah.
Rupanya kami sudah memasuki negeri tasawuf bumi teuku umar "Kota Meulaboh" alias Melbourne City.
Dikala jam sudah berlutut pikuk di pukul 12.00 wib, kami pun jeda sejenak sembari menikmati indahnya pesona pemandangan pantai suak pantee breuh yang tak jauh melewati jembatan tol simpang sama tiga.
Tak lama kemudian setelah selesai berselfi ria bersama dengan senyuman manis khas dan olesan bedak di pipi "Mak alias Poyah," kami mulai beranjak menuju Aceh Jaya negeri yang dikenal dengan sebutan "petro dollar" yang sempat megah saat itu pasca kala tsunami Aceh melanda.
Tak terasa dengan kecepatan tinggi 3 armada yaitu"Si black Kece" Emon, "White Horse" milik buk calon hajjah dan "Kuda Silver" oom bram mengantarkan kami sampai dengan selamat di tanah Aceh Jaya.
"Alhamdulillah kita sudah tiba" sebut poyah sambil mengoleskan lagi bedak dipipinya yang tadinya hilang ditampar angin liar di jalan.
"Assalamualaikum....."!!!
Teriak salah seorang dari kami yang sudah berdiri di halaman rumah yang dituju.