Lihat ke Halaman Asli

Salman Gafur

pekerja cahaya

Bandar Narkoba Jadi Kader Partai, Adakah Peluang Bisnis?

Diperbarui: 4 Maret 2019   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggota partai kedapatan memakai narkoba itu banyak. Mulai dari yang 'lenye-lenye' sampai dengan pejabat mentereng. Begitulah adanya bahaya narkoba merusak negeri ini.

Adapun alasan sejumlah orang memakai narkoba biasanya dikaitkan dengan permasalahan psikologis. Banyak alasan dijadikan pembenaran untuk menggunakannya. Mulai dari alasan hanya untuk dapat diterima oleh lingkungan, pelarian atau bersantai, mengurangi kebosanan, untuk tampak dewasa, untuk memberontak, hingga alasan hanya sekedar bereksperimen.

Namun apa jadinya kalau bandar narkoba kelas kakap nangkring di dalam sebuah partai. Ini tentunya preseden buruk bagi partai besar, apalagi menjadi bagian dari koalisi penguasa. Bisa jadi manajemen SDM partai itu sangat buruk, sehingga tidak bisa mendeteksi seorang bandar narkoba masuk ke partai. Atau, jangan-jangan ada upaya untuk merawat pelaku kriminal karena pundi-pundi uang yang didapatkan dari jualan narkoba sangat fantastis nilainya.

Salah satu partai besar yang kadernya terciduk sebagai salah satu bandar narkoba kelas kakap adalah Nasdem. Kejadian itu terjadi pada pertengahan tahun 2018 lalu. Seorang anggota DPRD Langkat Fraksi Partai Nasdem bernama Ibrahim Hasan terciduk menyelundupkan 105 Kg sabu-sabu dan 30 butir pil ekstasi bewarna biru.

Ibrahim bisa dikatakan bandar kelas kakap dan bukan pemain baru. Buktinya ia punya gelar atau nama samaran dikalangan dunia hitam. Ibrahim Hasan dikenal dengan nama lain sebagai  Ibrahim Hongkong.

Apa jadinya jika bandar narkoba kelas kakap bisa masuk dalam partai politik yang notabene-nya partai koalisi pemerintah? Dalam konsep bisnis, seorang akan mengembangkan usaha dengan mempertimbangkan 4P (Product, Price, Place, Promotion). Apakah ini yang menjadi alasannya?

Jika iya, tentunya partai politik sudah menjadi pasar baru bagi gembong narkoba untuk mendistribusikan barangnya. Partai-partai politik yang terkait yang terkait bandar narkoba seharusnya di investigasi lebih jauh. Meskipun bandar telah ditangkap, tapi tidak ada istilah jaringan yang terputus dalam kasus ini. Ingat ada bandar narkoba yang menjalankan bisnis dari dalam sel?

Pemakai narkoba adalah korban dari keganasan bujuk rayu setan. Sudah selayaknya orang-orang yang terjerumus dalam hal ini diberikan rehabilitasi. Tapi, bagi para bandar narkoba sudah selayaknya mendapatkan hukuman seberat-beratnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline