Lihat ke Halaman Asli

Jejak Hallyu Wave dalam Dunia Buku

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351053505973557080

Kurang lebih tiga bulan yang lalu saya memulai petualangan baru di Seoul International Book Fair. Disebut baru, karena saya melihat atmosfir berbeda dengan situasi pameran buku di tanah air yang lebih berasa seperti pasar atau bazaar. Semua penerbit berlomba menjual buku dengan diskon yang menggiurkan. Pameran buku adalah ajang menemukan pembeli yang haus akan bacaan dengan harga yang semiring mungkin. Inilah fenomena pada umumnya di Indonesia. Hallyu wave yang berarti Korean Wave, adalah produk budaya populer asal Korea Selatan (korsel) yang kini deras melanda dunia. Mulai dari drama, musik, tari-tarian, termasuk dan tidak kalah pentingnya adalah buku-buku yang berasal dari korsel. Menariknya lagi, penerbit di Korea bahkan tidak perlu bersusah payah menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yang menjadi bahasa universal dan dapat dimengerti oleh semua aktivis buku. Sepuluh tahun lalu saya sempat menikmati drama korea, yang tentu saja jadul, berjudul Winter Sonata. Rupa-rupanya drama-drama korea ini makin lama makin deras dan disukai masyarakat Indonesia. Perlahan tapi pasti, Dorama asal jepang yang sempat populer pun dikubur secara elegan oleh drama korea. Remaja sekarang sudah tidak mungkin lagi tahu tentang dorama jepang Tokyo Love Story misalnya. Bintang-bintang baru bermunculan dan semakin eksis ketika muncul grup-grup boyband dengan koreografi yang asik dan tertata rapi membuat histeris banyak gadis remaja--tak terkecuali ibu-ibu muda. Saya begitu kagum pada gelombang korea ini, tidak pada hasilnya tetapi pada bagaimana pada level negara kebijakan kebudayaan yang strategis ini dirumuskan secara rapi dan serius sehingga pada saat yang bersamaan hampir semua industri kreatif mereka bergerak secara simultan untuk menembus pasar internasional. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, pasar naskah lokal pun mulai diramaikan oleh karya-karya fiksi bertema korea, belum menghitung jumlah transaksi naskah-naskah asal Korea yang diterjemahkan langsung dari Hangul ke dalam bahasa Indonesia. Hello Goodbye, mungkin tercatat sebagai film Indonesia yang juga mendapat pengaruh hallyu. Industri musik memperkenalkan grup-grup seperti Super Junior, Big Bang, Shinee, Beast dan masih banyak lainnya yang memiliki fanbase yang kuat--dan pada akhirnya mempengaruhi industri buku dengan munculnya official book masing-masing grup. [caption id="attachment_205655" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dokumen pribadi"][/caption] Terkait buku, pemerintah korea menyiapkan grant khusus untuk banyak penerbit di dunia yang ingin menerjemahkan karya dalam bahasa Korea ke dalam bahasanya masing-masing. Tidak berhenti di situ saja, bahkan lembaga resmi penerjemahan yang berada di bawah pemerintah mengundang peminat bahasa korea dari seluruh dunia untuk mendapatkan pelatihan penerjemahan secara gratis. Inilah bukti keseriusan diplomasi budaya Korea melalui buku. Hari itu dalam ruangan berpendingin udara yang menghalau teriknya musim panas di Seoul saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa bergairahnya industri buku di Korea. Banyak penerbit besar dari US dan kawasan eropa hilir mudik di booth rights center. Potret yang saya bayangkan harus menjadi fenomena serupa di Indonesia. Saya bermimpi suatu saat anak-anak di belahan dunia lainnya diceritakan kisah-kisah asal Nusantara sebelum mereka tidur. Semoga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline