Lihat ke Halaman Asli

Salman Ali

Mahasiswa

Memahami Sejarah dan Ajaran Syiah Perspektif dan Kontroversi

Diperbarui: 29 Juli 2024   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memahami Sejarah Dan Ajaran Syiah Perspektif Dan Kontroversi

Syiah menurut Bahasa adalah mengikuti dalam konteks keagamaan dan loyalitas kepada Ali bun Thalib syiah meruoakan salah satu dari dua aliran utama, secara historis syiah adalah salah satu dari dua alurin yang utama dalam islam, yang salah satunya adalah sunni. Perpecahan sunni dan syiah terletak pada pemahaman tentang siapa yang akan menjadi umat islam setelah wafatnya Rasulullah. 

Pengikut syiah menyakini bahwa yang berhak menjadi pemimpin umat islam adalah dari golongan keturunan langsung dari Nabi Muhammad saw sepupu atau menantu dari nabi, sedanangkan sunni menyakini pemimpin harus di pilih dari kalangan umat terbaik.

Ada beberapa pendapat tentang asal usul syiah yang pertama bahwa syiah sudah diletekan oleh Nabi Muhammad saw kepada Ali bin Thalib dan para pengikutnya. Kedua syiah di posisikan kepada orang islam yang tidak membaiat Abu Bakar saat pristiwa Saqifah. Selesainya pemakaman Rasullah, Fatimah tidak membaiat Abu Bakar. 

Ketiga syiah di posisikan pada umat islam yang akan setia bersama Ali bin Abi Thalib setelah peristiwa tahkim yang di mengakhiri dengan peristiwa perang shiffin. Peperangan antara pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan dan pasukan Ali bin Thalib, di sebabkan terdesaknya Muawiyah bin Abu Sufyan mengajukan perundiangan dengan mengacukan mushaf al-Quran di atas tombak. Ali bin Tahalib meminta pasukanya untuk mengakhiri peperangan. Dan pada akhirnya masing-masing pihak sepakat untuk mengakhiri peperangan dan keduanya sepakat untuk mengundurkan diri dari jabatan kepemimpinannya.

Dari peristiwa ini terjadilah kontraversi Sebagian pengikut Ali bin Thalib kecewa dan membentuk kelompok masing-masing yang dikenal dengan sebutan Khawarij, sedangkan kelompok yang masi setia sama Ali bin Abi Thalib dikenal dengan sebutan Syiah. Dalam perkembangan Sejarah, kelompok syiah mengalami perkembangan dan terbagi menjadi beberapa kelompok yang memiliki perbedaan dalam hal kepemimpinan. Bebrapa mazhab syiah tetap berada jalur ajaran islam, sementara kelompok yang lain menyimpang.

Pada masa Umayyah (661-750 H), Syiah berkembang dengan menunjukkan perilaku mereka dan memperlihatkan identitas diri mereka. Mereka sering menghadapi kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan, seperti hujatan dan celaan kepada keturunan Ali dari atas mimbar oleh para khatib. Peristiwa penting yang memberi karakter pada Syiah adalah terbunuhnya Husain pada tahun 681 H di Karbala, sebuah pembunuhan yang brutal dan tidak manusiawi terhadap keturunan Nabi. 

Tragedi Karbala ini memicu semangat penyebaran faham Syiah semakin kuat, terutama di kalangan mawali berdarah Persia yang sepakat menuntut balas atas kematian Husain (Hasan, 2003: 230). Perlawanan dan pemberontakan Syiah terhadap Bani Umayyah terjadi beberapa kali, seperti pemberontakan At-Tawwabun dari Kufah yang dipimpin oleh Sulaiman bin Shard (tahun 65 H, masa Marwan bin Al-Hakam) (Syalabi, 1992: 269-272), pemberontakan Al-Mukhtar bin Abu Ubaid Ats-Tsaqafi (tahun 66-67 H, masa Abdul Malik bin Marwan), serta pemberontakan Zaid bin Ali bin Zainal Abidin (tahun 121 H, masa Hisyam bin Abdul Malik) dan anaknya Yahya Ibn Zaid (Zulkifli 2013:148).

Pada masa Abbasiyah (750-945 H), rezim berusaha memberantas Syiah karena merasa tidak diterima sebagai penguasa sah. Pemberontakan dari masa akhir Bani Umayyah berlanjut hingga masa Abbasiyah, seperti pemberontakan Zaid, keturunan Ali dari garis Husain. 

Masa Abbasiyah merupakan masa konsolidasi identitas Syiah dan pembentukan faham mereka. Pada periode Buwaihiyah (945-1055), Syiah mampu mengelaborasi dan menetapkan standar ajaran mereka, ditandai dengan koleksi-koleksi kitab hadis yang dikarang oleh ulama mereka seperti al-Kulaini, kemudian dilanjutkan oleh ilmuan-ilmuan Syiah

Ajaran dan keyakinan syiah berkembang melalui fase secara yang penuh perjuangan. Ajaran syia berlandasan dengan kisep imama yang mengatakan hanya dari keturuan Ali bin Abi Thalib yang berhak menjadi Khalifah untuk memimpin umat Islam. Para imam dalam ajaran Syiah dianggap sebagai penerus Nabi yang memiliki pengetahuan dan otoritas khusus yang diberikan oleh Allah. Terdapat beberapa cabang dalam Syiah, di antaranya Imamiyah (Itsna Asyariyah), Zaidiyah, dan Ismailiyah, yang berbeda dalam jumlah dan identitas imam yang mereka akui. Selain imamah, Syiah juga memiliki keyakinan khusus tentang keadilan ilahi, konsep takdir, dan peran tradisi (hadis) yang berbeda dengan Sunni. Mereka menekankan pentingnya keadilan sosial dan menolak ketidakadilan, yang sering kali tercermin dalam sejarah perjuangan mereka melawan penindasan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline