Lihat ke Halaman Asli

Salman Alfarizi

Saya adalah guru di SMAN 1 Batulayar yang masih belajar menulis untuk dituangkan disini untuk kemajuan kita semua, semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk Kita semua, Amiiin.

Media Sosial

Diperbarui: 13 Maret 2023   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial tidak akan ada habisnya dengan informasi yang ingin kita  dapatkan. Informasi dari belahan dunia  manapun akan kita dapatkan secepat ujung jari yang bekerja. Tapi sayangnya informasi tehnologi (IT) yang didapatkan pasti akan berakibat positif dan negatif bagi penggunanya. Akan positif bagi yang menggunakannya kejalan yang benar dan lurus untuk keperluan yang baik-baik bagi yang soleh dan solehah, seperti membuka youtube, facebook, Instagram tictok dan lain-lain  untuk pengajian, dakwah dan menyebarkan kebaikan bagi rahmatan lilalamin. 

Tapi tidak sebaliknya bagi yang berbuat negative atau jahat akan memanfaatkan media sosial atau medsos atau apalah namanya untuk dijadikan sapi perah atau untuk mendapatkan mangsa kejahatan untuk berbuat keburukan seperti yang lagi ramai-ramai adanya pinjaman online (pinjol) yang begitu marak terjadi hanya dengan ketukan jari dan mengirimkan identitas. Kita sekarang harus pandai-pandai memilah dan memilih informasi yang kita serap. Penipuan tidak mengenal umur,gelar, pendidikan dan lain-lain. 

Seperti yang terjadi pada saya, beberapa belas tahun yang lalu sekitar tahun 2005 terjadi penipuan yang menjanjikan akan mendapatkan hadiah berupa mobil, siapa yang tidak tertarik hanya manusia tidak normal saja yang tidak tertarik he he. Itu adalah efek negative dari dunia maya yang terjadi zaman sekarang ini atau dikenal dengan istilah generasi z (milenial)  industry 4.0 atau apalah namanya. Karena kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan (kata bang napi waspadalah waspadalah ). 

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi seperti yang saya sebutkan diatas adalah karena kemiskinan, tapi saya kurang setuju memakai kata "kemiskinan", mungkin ada yang lebih soft atau halus kurang beruntung. Kecemburuan sosial yang terjadi bisa didapatkan  begitu mudahnya dengan cara melihat di televisi ( baca rekening gendut) perkara benar atau tidak itu ranah hakim yang memutuskan apakah dia bersalah atau tidak semoga tidak benar dia korupsi . Semoga bacaan ringan ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Amiiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline