Anaknya suka kok, ikuti saja sebanyak mungkin kegiatan untuk mereka!!!
Dalam pendidikan anak usia dini, fokusnya bukan hanya apa yang disukai anak tapi apa yang dibutuhkan anak. Memang benar perkembangan otak di usia tersebut sangat pesat. Tapi bukan berarti harus dimasukan sebanyak-banyaknya informasi untuk memanfaatkan "golden period/golden age".
Tahukah, meskipun proses sambungan synapsisnya lebih cepat di usia 2-6 tahun juga ada proses synaptic pruning. Dimana sambungan saraf yang tidak/jarang terpakai akan rontok dan yang sering terpakai akan semakin kuat ditandai dengan "mudah ingat, mudah lupa".
Jadi kira-kira untuk apa "menginstall" sesuatu yang tidak digunakan anak dalam kesehariannya?
Ada fenomena bayi jenius, balita juara, anak hebat, dan sebagainya tapi yang dipakai adalah standar-standar pencapaian orang dewasa. Katanya "anaknya suka kok" tahukah yang paling disukai anak usia dini itu apa? Berdekatan dan menyenangkan orangtuanya sehingga ketika kegiatan-kegiatan itu terlihat menyenangkan orangtua. Orangtua tertawa, tepuk tangan dan menunjukkan berbagai ekspresi positif lainnya sebagai seseorang yang bucin tingkat tinggi, anak akan mau melakukannya lagi dan lagi.
Jadi, anaknya beneran senang atau senang karena melihat orangtuanya senang? lalu, kalau beneran senang. "Apakah stimulus tersebut dibutuhkan anak?" seberapa terpakai kemampuan tersebut di keseharian anak? karena jika tidak terpakai, synapsis yang sudah tersambung juga bisa "putus" lagi.
Rata-rata anak usia dini itu tidur bisa 11-16 jam perhari tergantung usia anak, dipotong makan/menyusui, mandi, anak ngereog, orangtua ngereog dan drama lainnya. Sisa berapa jam yang efektif? Lalu stimulus apa yang lebih dibutuhkan untuk anak usia dini?
Sistem saraf manusia terbagi menjadi : fungsi sensorik, fungsi integratif, fungsi motor.
Fungsi sensorik terjadi ketika tubuh menerima rangsangan melalui indera (penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan, penciuman, keseimbangan, gerak otot) lalu diproses pada sistem saraf pusat (fungsi integratif), kemudian saraf pusat mengolah "informasi" tersebut dan mengirim informasi sehingga fungsi motor bekerja sesuai rangsangan yang diterimanya.
Misal: ketika anak dipanggil namanya bagaimana responnya? Ketika anak memegang sesuatu yang dingin atau panas bagaimana responnya? Ketika bajunya basah bagaimana responnya?
Semakin besar, respon ini akan dipelajari anak dari apa yang dirasakan dan dilihat/dicontohkan.