Lihat ke Halaman Asli

Tentang Kita dan Anak

Praktisi Pendidikan Karakter Anak

Berani di Kandang, Malu Saat di Luar Rumah bagi Anak Usia Dini

Diperbarui: 23 Desember 2023   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jago kandang adalah sebutan bagi seseorang yang lebih berani mengekspresikan dirinya di rumah atau lingkungannya sendiri dibandingkan di luar lingkungannya. Jago kandang ini berhubungan dengan waktu seseorang beradaptasi di lingkungan baru dan sifat dasar anak. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi, semakin tampak sisi "Jago Kandang"nya.

Jika tidak ada yg memaksa, tidak terlalu heboh "dimotivasi", tidak dilabel, dan ada orangtua yang mendampingi dengan responsif insyaAllah anak akan lebih mudah merasa nyaman. "Tapi kok Si A bisa ya langsung ngobrol sama siapa aja" Aduh, masih ada aja yangmikir semua anak itu sama? Intinya, semua anak-anak itu awalnya sangat otentik. Asli. Ngga dibuat-buat. 

Kalau ada yang ceriwis dan mudah bersosialisasi di luar lingkungannya, bukan berarti mereka tidak "jago kandang". Di dalam rumah, mereka pun lebih ekspresif daripada itu. Itu artinya keunikan mereka adalah senang berbicara, senang tampil, dsb. Memang begitulah anak-anak, akan melakukan apa yang menjadi minatnya. Maka keunikan-keunikan tersebut perlu dengan jeli diobservasi dan diarahkan, sehingga mereka juga bisa belajar tentang batasan bersosialisasi dan diarahkan kegiatannya.

Seorang anak yang sangat terlihat "jago kandang" pun itu merupakan keunikan dirinya. Artinya, dia punya kemampuan "mengamati" atau mengobservasi yang lebih peka. Dia bisa punya empati yang lebih tinggi juga, bisa menjadi pendengar yang baik, dll. selama keunikannya itu diterima. Tidak disalahkan "makanya kamu main dong bareng-bareng, jangan sendiri aja", tidak dipermalukan "iya nih, anaknya pemalu. susah bergaul", tidak dibuat merasa "ada yg salah pada dirinya" maka bersosialisasi adalah hal yg tak perlu diajari.

Bukankah manusia itu makhluk individu sekaligus makhluk sosial? Maka Si Jago Kandang hanya perlu diberi ruang untuk mengobservasi. Mungkin ketika kecil, anak-anak ini terlihat kurang "hebat", tapi bayangkan ketika mereka beranjak remaja lalu dewasa, dengan kemampuan observasi yang makin baik. Mereka tidak reaktif, tidak FOMO, tidak mudah terpengaruh, fokus pada apa yang ada pada dirinya sehingga tidak mudah membandingkan dirinya dengan orang lain, dsb.

Lalu, apa yang perlu diperhatikan ketika anak bersosialisasi?

Perlu diingat bahwa anak usia dini itu masih di tahap egosentris. Artinya, mereka memusatkan dunia pada dirinya. Mereka bisa mudah merasa tidak diterima, mereka bisa merasa harus melakukan sesuatu agar diterima, mereka banyak meniru, mereka banyak membandingkan dirinya sehingga mereka sering mempertanyakan "kok aku tidak seperti dia?" "Kok aku begini, dia begitu?" "Kok dia punya itu, aku ngga?".
Bukan, bukan berarti harus disteril dan tidak boleh bersosialisasi dengan orang luar. Paparan bersosialisasi pada anak-anak itu ibarat vaksin. Tapi, pastikan vaksinnya sesuai dengan kebutuhan, bukan malah nambah "penyakit".

Kalau lingkungannya zona merah ya jangan biarkan anak kita bermain di sana hanya karena "supaya bersosialisasi". Kebutuhan utama sosialisasi pada anak usia dini adalah bersama keluarga di rumah.
Yang dianggap vaksin adalah ketika paparan sosialisasi ini tidak memberi pengaruh buruk pada anak dan dapat dikomunikasikan untuk membantu mereka memperluas perspektifnya tentang perbedaan. Sehingga mereka pelan-pelan memahami "oh ada ya yang begini, oh ada ya yg begitu.." lalu role play cara-cara bersosialisasi, kemungkinan-kemungkinannya, dan batasannya apa saja.

Jika anak sudah dapat diedukasi bahwa "tiap keluarga punya aturan yang berbeda" "kita tidak harus sama dengan orang lain", maka berarti anak sudah cukup siap bersosialisasi dan ini bisa menjadi "vaksin" untuk dirinya sehingga terbiasa dengan perbedaan tanpa merasa lebih baik atau lebih buruk. Tapi, ketika anak masih sering meniru yang kurang baik, merasa tidak diterima jika berbeda, masih kesulitan membedakan kebutuhan dan keinginan, belum mampu menahan keinginan sehingga selalu ingin mendapatkan yang orang lain miliki dan membuat orangtua merasa wajib menurutinya, maka anak (dan orangtua) belum siap bersosialisasi dan perlu merawat fitrah individualitasnya terlebih dahulu.

Sadarkah beberapa permasalahan jaman sekarang diantara anak-anak, remaja bahkan dewasa muncul karena terlalu fokus pada orang lain sebelum individualitasnya terbangun. Berapa banyak anak yang memiliki kebiasaan membeli sesuatu yang bukan kebutuhannya hanya karena melihat orang lain memilikinya? Berapa banyak remaja yang terbujuk untuk ikut-ikutanan temannya melakukan kriminalitas agar dianggap setia kawan? Berapa banyak orang dewasa yang terjebak FOMO hingga harus berhutang pinjol untuk menonton konser atau membeli iph*ne agar diterima di lingkungan pertemanannya? Berapa banyak orang yang kesulitan berpegang pada kebenaran karena tak mau dianggap asing atau aneh?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline