Lihat ke Halaman Asli

Salman Akif Faylasuf

Alumni PP Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo. Dan sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid, sekaligus kader PMII Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penikmat Kajian keislaman dan filsafat.

Keinginan untuk Berhijrah

Diperbarui: 23 Mei 2022   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah seorang kawan, sebut saja si Fulan, mengutarakan keinginannya untuk hijrah ke Suriah dan bergabung dengan sebuah komunitas yang menyebut dirinya sebagai Islamic State (IS). Ketika ditanya, apa yang membuatnya begitu berani memasuki wilayah konflik tersebut, dia hanya menjawab singkat, “karena ingin mengamalkan hadits Rasulullah SAW.” 

Dalam hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata, “akan ada hijrah setelah hijrah. Orang-orang terbaik di muka bumi adalah mereka yang tinggal di tempat hijrah Nabi Ibrahim (Syam)”.

Siapa yang tidak kenal dengan kelompok yang sering menamai dirinya Islamic State atau lebih populer dengan sebutan ISIS. Kita hanya butuh waktu tak lebih dari dua menit untuk mengenal kelompok ini. 

Mereka sangat aktif mempromosikan agenda dan kegiatannya didunia maya, disamping juga didunia nyata. Mulai dari mengunggah vidio indahnya dibawah naungan khilafah, hingga menjajikan 72 bidadari di surga bagi pengikutnya. 

Mereka memanfaatkan dan menyebarkan doktrinnya lewat YouTube, Twitter, Facebook dan lainnya, dalam hal ini sebagai wadah perekrutan mujahid baru. 

Tak sedikit penelitian yang menyatakan, beberapa orang dinyatakan hilang dan ikut bergabung bersama IS setelah mendengar khutbah dan ceramahnya di media sosial.

Syahdan, hadits salah satu senjata andalan IS dan kaum jihadis sejenisnya untuk melakukan kaderisasi dan mencari mangsa baru. IS menggunakan hadits Nabi tentang hijrah ke Syam sebagai basis teologis, untuk mengajak umat Islam di seluruh penjuru dunia pindah domisili ke wilayah kekuasaannya. 

Tidak sedikit orang yang terpengaruh propaganda mereka karena salah paham dan keliru memahami hadits Nabi. Meski pada dasarnya hadits memang sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Namun perlu diingat, memahami hadits tidak boleh sembarang dan mesti mengetahui ilmu musthalah hadits, takhrij hadits, ilmu sanad, kritik hadits, dan metode pemahaman hadits.

Mestinya, setiap informasi yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun persetujuannya, diuji terlebih dahulu kebenaran dan keabsahan informasinya dengan menggunakan ilmu takhrij hadits dan kritik sanad serta matan hadits. 

Setelah diketahui kebenaran informasinya dan dapat dipastikan bahwa hadits itu memang benar dari Rasulullah, maka langkah selanjutya adalah memahaminya berdasarkan metode pemahaman hadits. Belum tentu hadits shahih mesti diamalkan, karena faktanya tidak semua hadits mengandung unsur syariat, di dalamnya juga terdapat unsur budaya, politik, dan gambaran realitas sosial masa Nabi.

Yang tak kalah pentingnya adalah, dalam meenyikapi fenomena dan kemunculan IS ini, ada baiknya kita bersikap kritis dan mempertanyakan ideologi Islam yang mereka anut. Lebih dari itu, kita juga perlu melihat, membaca, dan menganalisis mengapa kelompok seperti ini muncul? Apakah kemunculan IS murni karena faktor agama? Atau dipengaruhi oleh kepentingan politik sebagian kelompok, untuk merebut kekuasaan dengan mengatasnamakan agama?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline