Lihat ke Halaman Asli

Salma Nabila Aswinda

Perencanaan Wilayah dan Kota - UNEJ 2019

Semarang Sesak, Masih Adakah Lahan yang Tersedia?

Diperbarui: 6 Mei 2021   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Seperti yang kita tahu, pertumbuhan penduduk akan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Murtala (2018) dalam Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Timur, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terdapat pertumbuhan penduduk, yakni diantaranya a kelahiran, kematian, migrasi dari dalam dan migrasi penduduk dari luar. Adanya pertumbuhan penduduk tentu akan berdampak pula pada kebutuhan lahannya. Lahan yang bersifat statis sangat berkebalikan dengan pertumbuhan penduduk yang bersifat dinamis. Hal tersebut akan menyebabkan penururnan rasio lahan-manusia (land-man ratio) dan menyebabkan peningkatan tekanan terhadap lahan (Baja, 2012).

Pertumbuhan penduduk ini harus disertai dengan penyediaan lahan untuk mendukung segala aktivitas penduduk. Hal tersebut tidak jarang menyebabkan adanya pertumbuhan daerah pinggiran atau urban sprawl. Salah satu kota yang mengalami hal tersebut yakni Kota Semarang. Perkembangan di bagian suburban Kota Semarang terjadi sebagai akibat dari penyediaan kawasan permukiman. Pemilihan lahan untuk dijadikan kawasan permukiman ini harus betul memperhatikan beberapa hal seperti kesesuaian lahannya, potensi lahan, daya dukung lahannya, dan lain-lain.  

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui lahan yang berpotensi untuk dijadikan permukiman di Kota Semarang. Untuk menentukan lahan yang memiliki potensi untuk dijadikan permukiman ini diperlukan beberapa data, seperti data curah hujan, kelerengan, jenis tanah, banjir, gerakan tanah, sebaran sarana pendidikan, sebaran sarana kesehatan, sebaran sarana perdagangan (pasar), jaringan jalan, citra landsat, peta guna lahan, peta nilai lahan, serta penduduk time series (10 tahun terakhir). Data tersebut digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan permukiman, lahan potensial permukiman, serta distribusi penduduk. Pada analisis kesesuaian lahan, peninjauan dilakukan dengan memperhatikan variabel peruntukan kawasan, kelerengan, kawasan konservasi, potensi bencana banjir, potensi bencana gerakan tanah, dan penggunaan lahan eksisting dengan menggunakan teknik bolean. Hasilnya didapat bahwa kesesuaian lahan permukiman di Kota Semarang yakni sebesar 7.451,84 Ha atau sekitar 19,13% dari keseluruhan luas Kota Semarang. Hal tersebut menjelaskan bahwa kesesuaian lahan di Kota Semarang banyak yang tidak sesuai dengan peruntukkan aslinya.

Untuk mengetahui lahan potensial untuk permukiman, diperlukan beberapa variabel yakni aspek fisik lingkungan seperti kemiringan lereng, kerawanan bencana, kemampuan tanah, perubahan lahan, ketersediaan air tanah dan PDAM, nilai lahan, serta aksesibilitas menuju pusat perdagangan dan fasilitas pelayanan umum. Aspek fisik tentu sangat perlu untuk diperhatikan karena nantinya aspek fisik ini akan mempengaruhi keamanan suatu bangunan (misalnya jika ditinjau dari variabel kemiringan lereng, kerawanan bencana, serta kemampuan tanah). Lalu jika ditinjau dari ketersediaan air tanah dan PDAM, tentu saja nantinya akan mempengaruhi bagaimana pemenuhan kebutuhan air di tempat tersebut. Aspek non fisiknya seperti aksesibilitas juga akan berpengaruh pada penentuan lokasi potensial suatu permukiman. Orang akan cenderung memilih permukiman yang memiliki kemudahan akses serta jarak menuju fasilitas yang tersedia. Misalnya yakni fasilitasa pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, maupun fasilitas pelayanan umum yang lainnya.  Kemudahan akses dapat didukung dengan adanya penyediaan moda transportasi umum serta penyediaan prasarana transportasi yang baik, misalnya kualitas jalannya. Sedangkan jarak menuju fasilitas yang tersedia ini dapat dianalisis menggunakan teknik buffering sesuai dengan SNI yang berlaku.

Berdasarkan analisis, kecamatan dengan daya dukung pengembangan permukiman yang tinggi di masa depan yakni Kecamatan Mijen dengan luas lahan potensial 23. 279.315 m2. Kebutuhan lahan per jiwa yakni sebesar 1.478.646 jiwa/m2 sehingga memiliki sisa lahan seluas +21.800.669 m2. Selain itu, yang memiliki lahan potensial untuk dikembangkan menjadi permukiman yakni Kecamatan Gunung Pati yang memiliki luas lahan potensial seluas 13.727.048 m2. Kebutuhan luas lahan per jiwa pada Kecamatan Gunung Pati ini yakni 1.838.954 jiwa/m2, oleh karenanya masih teraoat sisa lahan. Selain kedua kecamatan tersebut, terdapat kecamatan lain yang memiliki lahan potensial,namun tidak memiliki lahan lagi untuk dikembangkan menjadi permukiman. Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Genuk,cdan Kecamatan Gayamsari.

Jadi, berdasarkan penelitian lahan potensial untuk kawasan permukiman di Kota Semarang oleh Hala Haidir dan Iwan Rudiarto, didapat hasil bahwa lahan yang sangat potensial untuk pengembangan kawasan permukiman di Kota Semarang di masa depan yakni Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunung Pati. Sehingga, kecamatan tersebut masih dapat menampung banyaknya penduduk di masa mendatang. Juga, kedua kecamatan tersebut dapat menampung penduduk dari kecamatan yang tidak memiliki lahan potensial kawasan peremukiman.

Daftar Rujukan:

Haidir, H., & Rudiarto, I. (2019). Lahan Potensial Permukiman Di Kota Semarang. Tataloka, 21, 575-588. 

Murtala, M. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 9(1), 23-29.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline