Sudah menjadi hal yang tak terlewatkan bagi Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Haurkuning, Tasikmalaya apabila memasuki bulan Muharam selalu menyambutnya dengan penuh suka cita. Dengan semarak para santri memeriahkan Muharam dengan berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan dan perlombaan.
Pondok pesantren Haurkuning menjadikan Muharam sebagai momentum ajang kompetisi kemampuan intelektual dan bakat seni para santri. Ada 4 macam bidang perlombaan yang diadakan, yaitu pendidikan, kesenian kreativitas dan olahraga. Perlombaan ini berlangsung selama kurang lebih dua puluh hari dua puluh malam.
Peserta lomba didelegasikan oleh masing-masing kontingen dari tiap-tiap daerah yang telah dikelompokkan. Satu bulan sebelum Muharam, para santri difasilitasi waktu pada malam hari untuk menyiapkan diri mereka sematang mungkin agar bisa menampilkan yang terbaik di atas panggung di mana mereka akan menunjukkan kemampuan intelektual dan bakat seni mereka di hadapan para juri dan santri lainnya.
Baik santri laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama. Di hadapan ribuan santri dapat dilihat, santri perempuan juga memiliki kapasitas intelektual dan seni yang tidak kalah dengan santri laki-laki.
Saya pun pernah berkesempatan mengikuti perlombaan Muharam sejak masih mondok di pesentren tersebut. Ketika saya berada di kelas mutaqodim, saya mencoba untuk mengikuti perlombaan di bidang pendidikan yaitu Musabaqah Qira’atil Kutub Lathoiful Isyaroh. Tujuan saya mengikuti perlombaan tersebut agar dapat mengasah kemampuan dan wawasan kitab yang sudah saya pelajari tersebut.
Waktu persiapan lomba yang sedikit ditambah jadwal aktivitas pesantren yang padat membuat saya harus pintar mencari kesempatan sebaik mungkin untuk belajar, misalnya saya memanfaatkan waktu untuk belajar di sela-sela waktu guru belum datang ke madrasah untuk mengaji.
Saat acara perlombaan Muharam telah tiba, saya melihat papan informasi lomba. Di sana tertulis bahwa juri dari lomba yang saya ikuti adalah pimpinan pondok, KH. Busyrol Karim. Dari sana, saya sering melihat lomba-loma lainnya yang mana beliau menjadi juri .akhirnya saya lebih mematangkan diri dan mempelajari pola beliau sebagai juri. Seperti biasa, beliau tidak segan-segan memberikan pertanyaan- pertanyaan rumit bagi peserta.
Melihat pengalaman tersebut sempat membuat ciut nyali saya. Namun, saya selalu teringat tujuan saya mengikuti lomba ini. Ada sebuah ungkapan dari mantan presiden, Bj. Habibie, "Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. keberhasilan adalah milik orang yang senantiasa berusaha".
Berselang beberapa Minggu kemudian, datanglah hari pengumuman kejuaraan. Dari sekian daftar pemenang yang ada, Alhamdulillah saya mendapat juara 1 MQK Lathoiful Isyaroh.
Terlepas dari siapa yang menjadi pemenang dan yang kalah, para santri mendapat pelajaran berharga dari kegiatan ini: merayakan tahun baru dengan suka cita dan semangat menuju kebaikan, mengasah kemampuan santri dalam suatu bidang yang selama ini telah dipelajari dan menyelami makna lebih dalam tahun baru Islam.
Dari kegiatan ini, santri Haurkuning menjadi terbiasa dalam mengikuti perlombaan sehingga memudahkan para santri untuk mengikuti perlombaan di luar pondok, seperti Musabaqah Qiratil Kutub, Porseni, dan lain-lain. Dari hasil penggodokan kemampuan intelektual dan seni kegiatan ini juga diharapkan para santri siap berhadapan dengan realitas kehidupan di masyarakat kelak.