Lihat ke Halaman Asli

Gilang Bramanda

Share your Care

Beda Peter White, Beda Luis Milla

Diperbarui: 4 Mei 2018   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Turnamen persahabatan 4 negara dalam rangka memperingati HUT PSSI telah usai. Turnamen yang diikuti oleh tuan rumah Indonesia, Bahrain, Uzbekistan dan Korea Utara ini akhirnya dimenangkan oleh Bahrain. Timnas Bahrain membukukan 2 kali kemenangan dan 1 kali imbang dengan mengumpulkan total 7 poin.

Turnamen yang ditujukan sebagai bentuk persiapan timnas Indonesia menghadapi Asian Games 2018 ini berakhir antiklimaks. Timnas Indonesia sebagai tuan rumah justru berada di juru kunci dengan tidak pernah menang, 2 kali seri dan sekali kalah, tanpa pernah sekalipun mencetak gol ke gawang lawan. Hasil tsb tentu menjadi 'PR' tersendiri buat pelatih kepala Luis Milla.

Kombinasi pemain junior dan senior masih belum meningkatkan performa tim  secara keseluruhan khususnya di lini depan. Mayoritas pemain timnas adalah timnas U-23 plus 3 pemain senior seperti kiper Andritany, Lerby dan Illja Spasojevic dan 2 pemain timnas U-19 Saadil Ramdhani & Egy Maulana Vikri. Mungkin sebagian besar penggemar sepak bola tanah air menantikan nama terkahir untuk tampil. Namun sayang, pemain muda dengan skill diatas rata-rata yang tampil gemilang di turnamen AFF U-19 Cup dan baru saja dikontrak oleh klub asal Polandia Lechia Gdansk ini belum dipercaya oleh Luis Milla untuk mencicipi semenitpun atmosfer pertandingan pada turnamen persahabatan ini.

Dengan alasan masih belum siap mental menghadapi pertandingan tempo tinggi dengan lawan sekelas Bahrain & Korea Utara, pemain yang kurang dari 2 bulan lagi itu akan berusia 18 tahun ini akhirnya tak sekalipun diturunkan dalam turnamen persahabatan ini. Keputusan tsb berbanding terbalik dengan keputusan pelatih timnas senior Indonesia tahun 2004 Peter White saat 'menemukan' Boaz Solossa yang saat itu merupakan pemain muda dengan skill diatas rata-rata pemain Indonesia. Tak tanggung tanggung, Peter White memanggil Boaz untuk langsung memperkuat timnas senior di saat pemain tsb usianya masih 18 tahun dan mampu menyingkirkan nama besar Bambang Pamungkas saat itu. Debut Boaz saat itu langsung melawan salah satu raksasa sepakbola Asia yakni Arab Saudi dalam pertandingan lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2006.

peter-white-dan-boaz-solossa-169-5aec1f9ff1334453d719a003.jpg

Bukan cuma sekedar dipanggil, saat itu Boaz langsung bermain sejak menit awal berduet dengan striker senior Ilham Jayakesuma. Dengan adanya Boaz, Indonesia mampu memberikan perlawanan dengan serangan-serangannya. Di pertandingan tsb juga, Indonesia mencetak sejarah dengan untuk pertama kalinya mampu membobol gawang timnas Arab Saudi. Walaupun saat itu Indonesia kalah 1-3, namun debut Boaz bisa dibilang sangat meyakinkan. Bahkan setelah momen tsb, Boaz dipercaya memperkuat timnas senior lagi di ajang Tiger Cup 2004 (Sekarang AFF Cup).

Di turnamen AFF Cup 2004, Indonesia mengandalkan 'trisula maut' Boaz-Ilham-Ellie Aiboy dan menjadi tim yang paling produktif di turnamen tsb. Sampai sekarang, Boaz menjadi legenda hidup sepakbola nasional. Boaz kini menjadi icon sepakbola Papua, legenda Persipura dan salah satu pesepakbola terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Entah apa jadinya jika saat itu Peter White bersikap seperti Luis Milla.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline