Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang semakin serius di Indonesia, mencakup berbagai kelompok usia. Menurut data UNICEF (2018), prevalensi obesitas mencakup 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen atau 7,6 juta), 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta), dan 1 dari 3 orang dewasa (35,5 persen atau 64,4 juta). Peningkatan angka ini mengindikasikan adanya pola hidup yang kurang sehat, salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK). Produk ini sering kali mengandung High Fructose Corn Syrup (HFCS), zat pemanis buatan yang memiliki kadar fruktosa tinggi dan terkait erat dengan risiko obesitas, seperti yang dilaporkan oleh American Journal of Clinical Nutrition (2004).
Tren konsumsi MBDK yang tinggi, khususnya pada remaja, semakin menjadi perhatian serius. Berdasarkan penelitian Sari (2021), konsumsi minuman berpemanis semakin meningkat di kalangan anak muda Indonesia. Minuman ini dipilih karena harganya yang terjangkau dan aksesnya yang semakin mudah. Namun, HFCS di dalamnya berkontribusi pada penumpukan lemak tubuh, terutama di area sekitar organ, yang dikenal sebagai lemak visceral. Jenis lemak ini sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, serta obesitas. Dampak ini tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga membebani sistem kesehatan nasional melalui asuransi kesehatan negara seperti BPJS.
Untuk mengatasi obesitas akibat konsumsi HFCS, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahayanya minuman/makanan yang menggunakan HFCS sebagai pemanis. Informasi mengenai risiko HFCS dan pentingnya membaca label gizi pada kemasan makanan dan minuman harus disosialisasikan secara luas. Edukasi yang berkelanjutan tentang pola makan sehat juga diperlukan, baik melalui institusi pendidikan, media, maupun komunitas lokal. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat agar lebih bijak dalam memilih produk yang dikonsumsi.
Selain itu, pemerintah memegang peranan penting dalam mengendalikan kasus obesitas melalui regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan HFCS dalam produk makanan dan minuman. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah memberlakukan cukai atau pajak pada makanan dan minuman yang mengandung HFCS dalam kadar tinggi. Kebijakan ini telah berhasil diterapkan di beberapa negara untuk menekan konsumsi produk tidak sehat dan mendorong produsen untuk menawarkan pilihan yang lebih sehat. Selain itu, hasil pajak dapat dialokasikan untuk mendukung kampanye kesehatan dan program pencegahan obesitas.
Dengan mengintegrasikan upaya individu, masyarakat, dan pemerintah, ancaman obesitas dapat diminimalkan. Kesadaran tentang pentingnya pola hidup sehat dan regulasi yang mendukung akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk kesehatan masyarakat. Memberikan pajak pada produk berpemanis tinggi HFCS bukan hanya langkah strategis, tetapi juga bentuk komitmen dalam melindungi generasi mendatang dari ancaman obesitas dan penyakit kronis lainnya.
Referensi:
- https://ilgi.respati.ac.id/index.php/ilgi2017/article/download/253/pdf
- https://ajcn.nutrition.org/action/showPdf?pii=S0002-9165%2822%2903883-7
- https://www.unicef.org/indonesia/media/15581/file/AnalisisLanskapKelebihanBeratBadandanObesitasdiIndonesia.pdf
Nama: Salman Fawwaz
NIM: 192241066
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H