Lihat ke Halaman Asli

Salma Fadhila

mahasiswa ilmu komunikasi 23107030101

Pasar Papringan Temanggung: Simfoni UMKM dan Wisata Budaya Lokal

Diperbarui: 18 Juni 2024   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Di antara hamparan perbukitan dan keasrian alam Temanggung, Jawa Tengah, terdapat sebuah pasar tradisional yang tak biasa, yaitu Pasar Papringan. Pasar ini bukan sekadar tempat jual beli, pasar ini menjelma menjadi oasis UMKM dan wisata budaya yang mampu mengantarkan pengunjung pada petualangan autentik kearifan lokal.

Pada Hari Minggu (16/6/2024) Pasar Papringan kembali dibuka. Pasar Papringan hanya dibuka setiap Minggu Pon dan Minggu Wage. Pasar ini terletak di Desa Ngadiprono, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar ini dirintis pada tahun 2016 oleh Singgih Susilo Kartono, seorang pemuda desa yang memiliki kepedulian terhadap budaya dan ekonomi lokal. Ia melihat bahwa Temanggung memiliki kekayaan budaya dan produk lokal yang berlimpah, namun belum tergali secara maksimal. Dengan tekad yang kuat, Singgih bersama komunitas "Spedagi" dan masyarakat Desa Ngadiprono memulai Pasar Papringan di Kandangan.  Awalnya, pasar ini hanya digelar sembilan kali dalam setahun. Seiring berjalannya waktu, Pasar Papringan semakin populer dan diminati oleh masyarakat. Pada tahun 2017, pasar ini dipindahkan ke lokasi yang lebih luas di Desa Ngadiprono. Hingga kini Pasar ini dibuka dua kali dalam selapan.

 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Keunikan Pasar Papringan terletak pada konsepnya yang memadukan wisata budaya dan UMKM. Pengunjung tidak hanya dapat berbelanja produk lokal, tetapi juga menikmati pertunjukan budaya tradisional dan permainan tradisional yang menggambarkan nuansa Jawa tempo dulu. Pasar Papringan juga memiliki sistem pembayaran yang berbeda dengan pasar lain, yaitu menggunakan "uang keping bambu". Uang keping bambu ini dapat ditukar dengan uang rupiah di loket khusus yang disediakan. Loket ini berada di bagian depan Pasar Papringan.

Memasuki gerbang Pasar Papringan, bagaikan memasuki lorong waktu yang membawa pengunjung kembali ke era lampau. Lapak-lapak sederhana dari bambu berjejer rapi dengan aroma pedesaan yang khas. Di sinilah, para UMKM lokal memamerkan hasil karya dan tani mereka, mulai dari kerajinan tangan yang terbuat dari bambu hingga berbagai makanan khas tradisional Temanggung. Tidak semua orang berhak berjualan di Pasar Papringan. "Pedagang harus penduduk asli desa sini" terang Asih salah satu pedagang. Pasar 

Papringan menawarkan ragam produk UMKM yang variatif. Setiap produk memiliki ceritanya sendiri serta mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pedangang di Pasa Papringan ini."Aturannya, Kami tidak boleh menjual makanan yang mengandung pewarna buatan, msg dan bahan impor seperti gandum." ungkap salah satu pedagang.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Para pengunjung tak hanya sekadar berbelanja, tetapi juga mendapatkan edukasi tentang proses pembuatan dan nilai budaya di balik setiap produk. "Pasar ini sangat menarik, edukatif dan unik." Jelas Ayu, salah satu pengunjung. Tak hanya memanjakan mata, Pasar Papringan juga menggoda selera para pecinta kuliner. Aneka jajanan tradisional dan makanan khas Temanggung tersaji dengan rapi diatas meja bambu. Diantaranya gorengan, kupat tahu, nasi sayur khas Temanggung, wedang pring, wedang kopi dan masih banyak jajanan pasar lainnya. "Semua makanan disini enak-enak meskipun tidak menggunakan penyedap rasa." Ungkap Nuha, salah satu pengunjung.

Di dalam Pasar Papringan juga terdapat alunan musik tradisional yang dimainkan oleh para seniman lokal. Interaksi dengan para penjual yang ramah dan bersahabat pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Di sekitarnya juga disediakan permainan tradisional untuk anak-anak bermain. Seperti egrang, jungkat-jungkit dan ayunan yang terbuat dari bambu. Nuansa tradisional semakin kental dengan hadirnya para penjual yang mengenakan pakaian adat Jawa yang seragam. Interaksi dengan para pengunjung pun tak hanya sebatas jual beli, tetapi juga pertukaran pengetahuan dan budaya.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline