Lihat ke Halaman Asli

Salma Asti

Mahasiswi

Kesejahteraan Guru Honorer hingga Alang Kepalang PPPK

Diperbarui: 5 Januari 2023   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulyana (Guru honorer SD Negeri Cikeruh, Sumedang) dan anaknya. (Foto: Salma Asti)

Bagian terpenting dalam dunia pendidikan adalah peran seorang guru. Guru memiliki kewajiban untuk mengajar, melatih, mendidik, menilai, membimbing, serta mengevaluasi peserta didiknya. 

Di Indonesia, guru memiliki dua macam status kepegawaian yaitu guru yang tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan guru non PNS yang kerap dikenal sebagai guru honorer. 

Keduanya memiliki tanggung jawab yang sama tetapi tidak dengan tingkat kesejahteraannya. Tingkat kesejahteraan guru honorer cenderung minim dibandingkan dengan guru PNS. 

Gaji yang diberikan tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan oleh para pekerja honorer tersebut. Namun, kewajiban harus tetap dijalankan, mereka tetap berjibaku dalam memajukan pendidikan para penerus bangsa. 

Nasib guru honorer di setiap sekolah ternyata juga berbeda-beda. Sistem penggajian guru honorer memiliki perbedaan berdasarkan kebijakan masing-masing sekolah. 

Seperti yang dialami Mulyana salah satu guru honorer di SD Negeri Cikeruh, Sumedang. Soal menjadi seorang guru merupakan panggilan hatinya. Dedikasi yang dikerahkan Mulyana dalam pekerjaan mencerdaskan muridnya tidak tanggung-tanggung. 

Namun, soal gaji masih jauh tidak setimpal dengan pengabdiannya. Bapak dari dua anak tersebut mengaku bahwa gaji yang diterimanya sebagai guru honorer tidak mencukupi tunjangan keluarganya selama sebulan. 

Walaupun sudah dicukup-cukupi dan dikelola sebaik mungkin, Mulyana mengaku pendapatannya memang tidak bisa menutupi tanggungan keluarganya.  

Hal tersebut memaksakan dirinya untuk mencari kerja sampingan sepulang bel pulang sekolah berbunyi. "Ketika saya pulang ke rumah tetep harus berpikir mencari kegiatan lain yang bisa menghasilkan lebih", ujarnya. 

Mulyana berusaha menekuni pekerjaan apapun, dari berjualan pakaian hingga menjadi ojek online rela dilakukan demi menutupi kebutuhan keluarganya. Rasanya otak tidak diperbolehkan berhenti berputar untuk mencari cara memenuhi kebutuhan hidup seorang guru honorer. 

Lain halnya dengan Dayat seorang guru yang juga sama memiliki status honorer di sekolah swasta asal Cirebon. Sepulang mengajar dirinya juga harus melanjutkan pekerjaan sampingan yang sesuai dengan minatnya dalam dunia literasi yaitu berjualan majalah anak-anak. Hal tersebut Ia lakukan tentu supaya dapat menutupi tunjangan hidupnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline