Permasalahan anemia pada remaja putri masih cukup tinggi di Indonesia. Perubahan fisiologis pada masa pubertas, menstruasi, pola makan yang tidak sehat, serta akibat diet yang tidak beraturan menempatkan remaja putri sebagai kelompok yang rentan mengalami anemia. Anemia merupakan dampak terbesar dari permasalahan gizi pada remaja putri di Indonesia saat ini.
Anemia merupakan sebuah kondisi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup. Penyebab terjadinya kekurangan sel darah merah dapat dikarenakan kekurangan konsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, serta asam folat atau rendahnya absorbsi zat besi dalam makanan. Beberapa gejala anemia yang dapat muncul pada remaja meliputi lemas, kelelahan, kulit pucat, sakit kepala dan berkunang -- kunang. Selain itu, dampak yang di timbulkan dari anemia seperti Pengaruh pada Pertumbuhan dan Perkembangan, mempengaruhi konsentrasi dan daya ingat, perubahan suasana hati dan gangguan kesejahteraan emosional.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 32% atau 3 dari 10 remaja Indonesia menderita penyakit anemia. Terdapat beberapa permasalahan dibalik tingginya jumlah penderita anemia pada usia remaja di Indonesia. Sehingga perhatian khusus perlu diberikan kepada seseorang yang menginjak usia remaja. Salah satu topik permasalahannya adalah kurangnya edukasi terhadap remaja putri untuk mengonsumsi suplemen zat besi atau Tablet Tambah Darah dan memenuhi makanan dengan asupan gizi seimbang. Hal ini dibuktikan Weliyati dan Riyanto pada penelitian yang mereka lakukan, mereka menyebutkan bahwa 96,4% remaja putri yang menjadi responden penelitian tidak berkeinginan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan Tablet Tambah Darah (TTD) selama menstruasi.
Pada dasarnya mengonsumsi zat besi dan memenuhi makanan bergizi saat menstruasi sangat di butuhkan karena saat menstruasi banyak darah yang keluar dari dalam tubuh, apabila asupan zat gizi terutama zat besi tidak mecukupi kebutuhan tubuh, maka dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi, yang ditandai adanya penurunan kadar zat besi dalam darah. Pencegahan anemia dengan meningkatkan konsumsi makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran berdaun hijau, dan biji-bijian. Selain itu, tambahkan juga makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam folat, seperti telur, ikan, dan produk susu.
Pengetahuan remaja tentang anemia kurang dari 80%, sehingga terdapat upaya yang masih perlu ditingkatkan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam usaha mencegah permasalahan anemia pada remaja di Indonesia salah satunya dengan memberikan edukasi kesehatan berupa penyuluhan tentang pengertian, tanda - tanda gejala klinis, pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah saat dan setelah menstruasi, serta pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi. Upaya selanjutnya yang di lakukan adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi penting untuk diberikan kepada remaja putri dalam masa pertumbuhan dan pubertas.
Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang ibu.
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri ini termasuk dalam salah satu upaya Kemenkes dalam menurunkan presentase stunting di Indonesia, karena meminum Tablet Tambah Darah (TTD) secara rutin dapat mencegah calon ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR).
Sesuai arahan kemenkes pemberian Tablet Tambah Darah sebagai usaha dalam mempersiapkan remaja putri mencegah calon ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting). Upaya selanjutnya untuk mencegah anemia dan pertumbuhan stunting dengan menupayakan makanan bergizi terutama protein hewani, dikarenakan pangan hewani mempunyai banyak kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Sebab itu, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan mengangkat tema "Protein Hewani Cegah Stunting" pada peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2023.
Dalam permasalahan ini sangat penting berkolaborasi dengan pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai upaya dalam penanganan medis, mendapatkan pengetahuan baru secara rutin, memberikan edukasi kesehatan mengenai permasalahan anemia pada remaja, serta mendapatkan pasokan Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai jadwal setiap bulannya, dan juga memberdayakan pelajar sebagai kader pelajar di lingkungan sekolah dengan pemberian pelatihan untuk menjalankan fungsi dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terutama pada para siswi dalam mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) secara terjadwal.
Dengan itu diharapkan mampu mengurangi potensi anemia dan mencegah lahirnya bayi dalam keadaan stunting dari para ibu di Indonesia. Sehingga terciptanya generasi muda Indonesia yang tumbuh kembang secara optimal, produktif, kreatif, serta kritis, dan generasi penerus yang sehat serta mampu berdaya saing dapat terbentuk dengan maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H