Lihat ke Halaman Asli

Kandasnya Hubungan Orangtua, Apakah Mengganggu Psikologis Anak?

Diperbarui: 13 Juni 2023   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Pinterest/wordpress.com

Kandasnya Hubungan Orangtua, Apakah Mempengaruhi Psikologis Anak?
Pernikahan adalah suatu ikatan suci antara laki-laki dan perempuan, yang memiliki tujuan untuk membentuk keluarga yang saling membahagiakan satu sama lain, tetapi banyak sekali manusia yang menyepelekan perihal pernikahan, sehingga menimbulkan pertikaian dalam rumah tangga dan berujung pda perceraian atau kandasnya hubungan mereka berdua. 

Perceraian sebenarnya tidak dibenarkan oleh agama dan perceraian bukan jalan terbaik bagi penyelesaian masalah, karena mempunyai dampak besar bagi sekitar termasuk pada psikis anak.
Kandasnya hubungan orang tua sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak karena memiliki dampak yang sangat negatif bagi pertumbuhan anak, kandasnya hubungan orangtua akan banyak mempengaruhi setiap perkembangannya dan mental menjadi lemah sehingga menjadi sensitif dan rasa emosional yang sulit terkontrol, anak yang memiliki keluarga seperti ini pasti haus akan kasih sayang dan selalu takut akan kesendirian.

Kondisi anak yang berada pada posisi ini biasanya rentan akan trauma, punya rasa takut yang berlebihan, khawatir dan gelisah setiap harinya sehingga terperangkap pada rasa sedih yang berkepanjangan sehingga membuat jiwa sang anak menjadi lemah dan terganggu psikisnya.

Dikemudian hari anak akan merasa hilang arah dan akan mencari konspensasi terhadap kerisauan batinnya, contohnya seperti anak perempuan atau laki-laki yang terus mencari kasih sayang pasangan dan teman-temannya, ada juga yang melampiaskan kerisauan batinnya melalui hal hal yang negatif seperti merokok, minum-minuman keras, narkoba, bahkan ada yang sampai melukai diri sendiri, mereka yang melakukan hal itu biasanya akan merasa puas dan lega, anak yang memiliki lingkup seperti ini biasanya akan merasa malu dan rusak, serta sulit mencari jati diri dan cenderung sulit untuk mengendalikan dirinya.

Referensi
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Taujih/article/download/7188/4164

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline