Lihat ke Halaman Asli

salma nurulhasnaadha

mahasiswa SV IPB

Lika-liku Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 12 Juli 2021   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Covid-19

Masa pandemi covid-19 membuat sistem pendidikan di Indonesia  berubah . Pandemi covid-19 ini telah memberikan gambaran majunya teknologi di bidang pendidikan. Namun, secanggih apapun teknologinya tetap tidak dapat menggantikan peran seorang guru, dosen, dan interaksi belajar-mengajar  antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang kerja sama dan kompetensi. Pandemi  ini memberikan dampak yang cukup besar dalam dunia pendidikan, karena merubah aktivitas belajar-mengajar menjadi sistem daring atau online learning.  Sistem daring ini menjadi sebuah pilihan kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran covid-19.

Banyak pendapat pro-kontra dari berbagai aspek seperti murid dan orang tua terhadap pembelajaran daring yang ditemukan bertebaran  di berbagai akun sosial media dan kolom komentar media-sosial, dan respon tersebut memiliki pesan dan makna yang kuat yang mewakili pendapat mereka dalam menyikapi aktivitas pembelajaran daring. Siswa jenjang SD sampai SMA, berpendapat  tentang  tatanan teknis pelaksaan pembelajaran daring,  mereka berpendapat bahwa sulit memahami materi yang disampaikan, karena beberapa faktor seperti kurangnya fokus, semangat  dan sinyal yang tidak stabil. 

Mereka juga berpendapat bahwa  tugas yang diberikan terasa menjadi Pekerjaan Rumah (PR) karena lebih banyak dari yang diberikan ketika sekolah biasa. Dan, hampir semua murid  sepakat bahwa merasa jenuh dan bosan dan ingin berinteraksi dengan teman-teman di sekolah seperti biasa. Respon orang tua juga memberi pesan khusus terhadap dinamika problematika yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran daring dimasa pandemi ini, antara lain kesulitan menggunakan barang elektronik karena tidak semua orang tua murid terbiasa dengan teknologi.

Pandemi covid-19 ini juga berdampak  pada sekolah pesantren atau boardingschool di seluruh Indonesia untuk memulangkan muridnya kerumah masing-masing karena perintah pemerintah. Keputusan  ini jelas berdampak besar bagi semua aspek di pesantren. Terutama bagi santri, dipulangkan kerumah masing-masing adalah berita bahagia yang sangat tidak mungkin terjadi di luar libur panjang ujian. Diawal perpulangan, santri  mengalami jetlag  karena perubahan kegiatan sehari-hari dan harus melakukan adaptasi terhadap kegiatan dirumah dan pembelajaran daring. 

Tetapi, seiring berjalannya waktu murid mengaku merasa bosan, jenuh, dan rindu suasana di pesantren yang dimana selalu melakukan kegiatan bersama teman-teman. Dikarenakan sistem pembelajaran daring, salah satu kegiatan rutin pesantren yaitu ziyadah, muroja'ah dan tilawah menjadi terhambat karena tidak semudah dan seleluasa dilakukan tatap muka.

Guru yang menjadi soko utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk beradaptasi dengan teknis pembelajaran daring, dan  berfikir kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran secara daring ini  agar murid tidak jenuh saat mendengarkan penjelasan dan bagaimana tingkat pemahaman murid atas materi materi yang telah disampaikan secara daring ini, dan dibutuhkan kerja sama dengan orang tua  murid untuk terus menjaga semangat belajar murid-murid agar tetap termotivasi. Pandemi ini menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan tekologi dan cara belajar-mengajar, bukan hanya transmisi pengetahuan tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik dan murid memahaminya

Sedangkan murid juga harus dapat beradaptasi dengan adanya pembelajaran daring ini dan dituntut menjadi disiplin untuk  selalu mengikuti kegiatan daring dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam pembelajaran. Murid harus belajar dan memahami materi secara virtual, dimana dialog interaktif antara guru dan murid tidak semudah dan seleluasa  secara tatap muka. Dan tingkat pemahaman dan daya serap materi antarmurid berbeda-beda. Disamping itu, fasilitas yang dimiliki murid berbeda-beda seperti jenis elektronik, provider yang digunakan, dan jumlah kuota yang digunakan dan sebagian anak menggunakan Wi-Fi.

Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran daring telah menjejakkan proses pendidikan di tanah  air ke arah digitalisasi. Namun disisi lain, hal itu juga menimbulkan hambatan. Terutama bagi daerah yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan barang elektronik yang mendukung sistem pembelajaran daring ini karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, dengan kata lain, sistem pembelajaran daring ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi yang selama ini sudah terjadi, menjadi semakin lebar saat pandemi.

 Tercatat sudah lebih dari 3 juta buruh dan pekerja formal-informal yang dirumahkan. Dengan kondisi ini, banyak orang tua yang kesulitan menyediakan kesempatan pendidikan yang optimal bagi anak-anak mereka.  

Dalam situasi ekonomi yang lebih buruk, orang tua dihadapkan pada 2 pilihan dilematis;  memberi makan keluarga atau membiayai pendidikan anak.Hal ini  berpotensi membuat angka putus sekolah meningkat. Sejak kebijakan pembelajaran daring ini diterapkan sejak 16 maret 2020, munculnya indikasi naiknya angka putus sekolah di berbagai tempat dan daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline