Lihat ke Halaman Asli

Studi Literatur: Efektifitas Terapi Menulis Ekspresif sebagai Media Katarsis Mahasiswa yang Mengalami Gangguan Stres

Diperbarui: 11 Juni 2024   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studi Literatur : Efektivitas Terapi Menulis Ekspresif Sebagai Media Katarsis Mahasiswa yang Mengalami Gangguan Stres

Salma Hidayatul F , Mazd Zahara G N

Affiliation: 2207016133@student.walisongo.ac.id, ghestylania@gmail.com

 

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi menulis sebagai media katarsis bagi mahasiswa dengan gangguan stress. Pengumpulan data menggunakan metode studi literatur dengan menggunakan 20 artikel jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan metode analisis isi yang menghasilkan kesimpulan bahwa terapi menulis ekspresif dapat secara efektif menurunkan tingkat stress dan gangguan psikologis lainnya seperti depresi dan kecemasan pada mahasiswa ataupun orang dewasa.

Abstract: The purpose of this research is to find out the effectiveness of writing therapy as a catarsis medium for students with stress disorders. The data collection uses a method of literature study using 20 journal articles related to research topics. Data analysis is done using content analysis methods that lead to the conclusion that expressive writing therapy can effectively reduce levels of stress and other psychological disorders such as depression and anxiety in students or adults.

Kata Kunci: Keywords: terapi menulis; katarsis; gangguan stress; writing therapy; catarsis; stress disorders

 

PENDAHULUAN 

Terapi menulis adalah jenis terapi yang bertujuan untuk meminimalkan refleksi dan ekspresi klien, berkat pendekatan subyektif atau intuitif dari terapis atau peneliti (Wright, 2004). Untuk fokus terapi lebih pada proses menulis daripada hasil menulis saja, oleh karena itu penting untuk diingat bahwa menulis adalah aktivitas pribadi, kritis, dan reflektif yang mengacu pada aturan bahasa seperti sintaksis, semantik, dan bentuk (Bolton, 2004 ). Hasilnya, menulis dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pengobatan yang menggunakan teknik sederhana, murah, dan non-invasif (Pennebaker, 1997; Pennebaker & Chung, 2007).Menurut Sanders (Abdurrahman, 2003), proses menulis diawali dengan analisis terhadap lingkungan sekitar melalui pendengaran, penglihatan, dan taktil-kinestetik yang dilanjutkan ke sensual, persepsi, dan pemahaman. Kemudian dianalisis melalui korteks auditori, visual, dan kinestetik. Setelah asosiasi, langkah selanjutnya adalah beralih ke sumber atau korteks, yaitu wilayah pikiran dan emosi. Melalui ucapan impulsif, tanggapan dilakukan melalui transmitter yaitu lidah dan bibir dalam bahasa lisan.

Menurut Poerwadarminta (1995 dalam Siswanto dan Prawita Sari 2003), menulis juga merupakan kemampuan perasaan dan pikiran dalam sebuah buku yang boleh dibaca oleh orang lain. Menulis peristiwa-peristiwa yang berkesan atau traumatis berpengaruh terhadap peningkatan sistem imun, kesehatan mental, mengurangi keluhan-keluhan fisik dan strategi yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan diri, peluapan emosi (katarsis) atau koping terhadap stres atau kecemasan yang dimiliki (Pennebaker, 1997).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline