Kota Yogyakarta dikenal tidak hanya sebagai pusat kebudayaan, tetapi juga sebagai tempat di mana keindahan alam dan kebersihan lingkungan menjadi prioritas. Namun, sayangnya, masih terdapat sejumlah warga yang kurang disiplin dalam membuang sampah. Setelah TPS Piyungan resmi berhenti beroprasional, menyebabkan sampah menumpuk di beberapa titik salah satunya di depo sampah Mandala Krida yang merupakan salah satu dari beberapa depo sampah di Kota Yogyakarta yang beroprasi sejak 1996, depo ini memiliki aturan jam operasional yang telah ditetapkan secara jelas.
Sayangnya, tidak semua warga mematuhi aturan tersebut. Meskipun jam pembuangan sampah dibatasi dari pukul 06.00 hingga 07.00 WIB, masih ada sebagian warga yang nekat membuang sampah di luar jam operasional yang ditentukan, warga sekitar juga memiliki jadwal membuang sampah sendiri, biasanya dishare di setiap RT sampai RW.
Namun masih banyak yang membuang sampah diluar jam oprasional dan jadwal, biasanya yang sering membuang sampah tidak sesuai jadwal ialah bukan warga sekitar, melainkan warga luar yang tidak biasa membuang sampah disitu, penjaga depo mengatakan bahwa tidak hanya warga sekitar yang membuang sampah di depo tersebut, melainkan juga dari Sorosutan, Kota baru, Timoho, dan lain sebagainya.
Mayar, Pengawas Lapangan Depo Mandala, mengakui bahwa petugas sering kali harus menegur warga yang membuang sampah di luar jam yang telah ditetapkan. Hal ini tidak hanya mengganggu kelancaran operasional depo, tetapi juga menyebabkan kondisi kebersihan depo menjadi tidak terjaga.
Menariknya, jumlah orang yang membuang sampah secara mandiri, atau sampah dari rumah tangga, mengalami peningkatan signifikan. Jika pada masa lalu tercatat ada sekitar 850 orang yang membuang sampah di Depo Mandala Krida, kini jumlahnya telah meningkat menjadi sekitar 1.000 orang.
Peningkatan jumlah pengguna depo sampah ini memperlihatkan pentingnya kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Namun, di sisi lain, juga menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya lebih untuk meningkatkan kesadaran akan aturan yang telah ditetapkan.
Dari pemerintah sendiri sudah menyediakan alat untuk mendaur ulang sampah, alat ini dapat membuat sampah organik menjadi pupuk kompos, namun alat ini belum bisa menjadi solusi yang maksimal, karena alat ini hanya bisa mendaur ulang sampah sebanyak 70 Ton perhari, sedangkan sampah di Jogja sehari bisa mencapai 250 Ton perhari sehingga menyebabkan sampah yang terus bertumpuk.
Daur ulang sampah ini juga membutuhkan pemilahan sampah untuk memudahkan daur ulang, warga sudah dihimbau untuk memilah mana sampah organik maupun sampah non organik untuk memudahkan petugas, namun ternyata hal tersebut tidak cukup efektif untuk menyadarkan warga, sehingga petugas harus memilah ulang sampah sampah tersebut agar nantinya dapat di saur ulang.
"warga kota disuruh ada program memilah ngga jalan mba, alesanya saya orang kontrak, saya orang kost, lalu tempatnya kecil lah gabisa milah dirumah" ungkap pak Mayar (05/06/2024)