Lihat ke Halaman Asli

salimahadam

Mahasiswa

Ad Hominem sebagai kesalahan berpikir (Logical Fallacy)

Diperbarui: 9 Januari 2025   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam bermedia sosial sering kali kita menjumpai perdebatan, baik mengenai hal kecil yang remeh sampai hal besar dan serius. Tak jarang dari perdebatan tersebut berujung pada saling olok hal yang diluar topik perdebatan seperti menyerang individu dan bukan topiknya. Kejadian serupa juga terjadi pada debat cawapres pada pemilu 2024 kemarin. dimana salah satu calon menyerang hal diluar topik debat, berujar bahwa lawannya mendapat contekan dari salah satu timnya. Kemudian dibalas oleh lawannya dengan jawaban yang sama keluarnya dari topik perdebatan.

Perdebatan merupakan kegiatan pertukaran pendapat dan argumen mengenai suatu hal dengan tujuan untuk mempertahankan argumen masing-masing pendebat. Seperti tujuannya adalah untuk mempertahankan masing-masing argumen tentu mau tidak mau para pendebat dituntut untuk saling menyerang argumen lawan agar argumen sendiri tidak dipatahkan lawan. Tapi, bagaimana jika kemudian pendebat malah menyerang pribadi lawannya dan bukan argumennya? Hal ini yang kemudian disebut dengan  argumentum Ad Hominem.

Ad Hominem merupakan salah satu bentuk kesalahan logika (Logical Fallacy) dimana seseorang menyerang hal-hal diluar substansi atau bahkan menyerang pribadi lawan bicara dan bukan argumen atau pendapat yang dikemukakan. Ad Hominem biasanya mengalihkan perhatian dengan tujuan memberikan kesan yang dapat dibenarkan oleh para audiens yang menyaksikan debat. Argumen ini telah dikenal di Barat setidaknya pada zaman Yunani Kuno. Aristoteles, dalam karyanya yang berjudul Sophistic Refutations, merinci mengenai kekeliruan saat seseorang menyerang lawan bicaranya diluar argumen yang diberikan.

Dari beberapa artikel yang dibaca oleh penulis, Ad Hominem  dibagi menjadi beberapa bentuk. Tetapi, yang sering terjadi biasanya ada empat bagian, yakni:

  • Ad Hominem abusive:  Argumen yang dilontarkan dengan tujuan untuk menyerang kelemahan lawannya secara langsung. Argumen yang dilontarkan sering kali berkaitan dengan keadaan fisik lawannya atau kondisi tertentu secara kasar.
  • Ad Hominem circumstantial:  Argumen yang mengarah pada latar belakang atau hubungan pribadi lawan dengan situasi saat debat tersebut.
  • Ad Hominem guilt by associaton :  Argumen yang berdasar pada sumber yang negatif karena memiliki keterkaitan dengan orang atau kelompok yang dipandang negatif.
  • Ad Hominem tu quoque: Argumen yang menyerang lawan karena lawan yang tidak konsisten atas perkataan dan tindakan yang dia lakukan.

Meskipun argumen Ad Hominem ini dianggap sebagai kesalahan berpikir (Logical Fallacy), Douglas Walton, akademisi dan penulis Kanada,  menganalisis bahwa argumen ini tidak selalu keliru. Dalam buku terbarunya, Media Argumentation: Dialectic, Persuation, and Rhetoric, Walton berpendapat bahwa  argumen Ad Hominem bisa menjadi sah apabila masih relevan dengan topik pembahasan.

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ad_hominem 

https://www.tempo.co/newsletter/cekfakta-191-ad-hominem-malah-menyerang-orangnya-bukan-pesannya 

https://www.scientificamerican.com/article/character-attack/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline