Oleh: Salim Rahmatullah
Beberapa bulan yang lalu, publik tanah air dikejutkan oleh penemuan seekor ikan paus yang terdampar dan mati, di salah satu pantai, Wakatobi. Kematian paus ini terbilang miris, karena ternyata ada sekitar 5,9 kg sampah plastik ditemukan dalam perutnya.
Belum lama ini, publik tersentak oleh kebakaran lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan. Pasalnya, asap kebakaran hutan itu tidak hanya menyiksa masyarakat dan warga Negara tetangga, tetapi berbagai entitas di dalamnya.
Baru- baru ini, pemberitaan di media menunjukkan beberapa gunung di Indonesia terbakar, Gunung Rinjani dan Tambora di Nusa Tenggara Barat dan beberapa gunung lainnya.
Paling hangat, kondisi panas yang banyak masyarakat alami saat- saat ini, lengkap dengan status para netizen di media sosial. Sadar tidak sadar, semua kejadian- kejadian di atas berawal dari kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
Penulis memberi judul tulisan ini dengan "Menyongsong Generasi Hijau Untuk Lingkungan Lebih Baik", satu- satunya judul yang terpikir dalam benak penulis, dalam rangka menggugah, bersama- sama menyadarkan para generasi muda untuk sadar dan peduli terhadap lingkungan. Generasi hijau sederhananya adalah para generasi muda yang memiliki spirit peduli terhadap bumi.
Beberapa hal yang akan penulis uraikan, pertama terkait dengan berbagai fenomena lingkungan saat ini dalam tatanan yang reflektif. Kedua, tilikan atas sebab- sebab yang melatarbelakangi fenomena- fenomena lingkungan. Ketiga, terkait bagaimana berkontribusi untuk menyelesaikan problematika lingkungan ini.
Mulai dari fenomena dan fakta lingkungan saat ini, sebagai kelanjutan fenomena dan fakta sekilas yang disebutkan pada paragraf awal. Hal tambahan, seperti mencairnya es di kutub utara yang menaikkan volume air laut. Terjadinya banyak abrasi pantai.
Berbagai kejadian- kejadian, dengan berdasarkan pengamatan dan pembacaan penulis yang merujuk pada tiga isu besar: sampah, kebakaran lahan, dan perubahan iklim. Ketiga isu ini saling berelasi dalam membentuk isu lingkungan.
Kemudian, menarik untuk dibahas penyebab dan berbagai hal yang melatarbelakangi berbagai fenomena yang menyeruak ke publik. Pertama, prihal sampah. Indonesia merupakah Negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia, dengan 64 juta ton sampah plastik per tahun, dan 3,2 juta ton dibuang ke laut.
Sementara, sampah plastik sendiri susah untuk terurai, butuh waktu yang sangat panjang. Ketika terurai pun tidak langsung menjadi organik, ia menjadi partikel- partikel kecil yang disebut dengan mikroplastik dan nanoplastik. Dilansir dari mongabay.com, yang merujuk LIPI, kandungan mikroplastik di perairan Indonesia sekitar 30- 960 partikel/ liter.