Udara dingin sore ini menjadi teman yang pas kala Zhen “Sang Penakluk” sedang santai menikmati kopi hitamnya bersama sahabat/i-nya. Lantunan nada-nada sumbang nan merdu menghiasi suasana sore ini. Baik dari sisi kanan-kiri atau depan-belakang maupun luar. Inilah suasana sore warung kopi, sudah terbiasa dan tak terganggu seperti awal dulu. Bagi Zhen, yang terpenting menikmati kopi hitam panasnya bersama kenangan-kenangan yang mengambang tergambar jelas dalam pikirannya.
Sore ini entah apa yang Zhen bicarakan. Tak begitu jelas dan terarah seperti halnya yang lalu-lalu. Baik soal rumah ataupun pekerjaannya, tak begitu jelas. Mungkin Zhen hanya ingin bercerita ringan tanpa permasalahan. Hahaha... mungkin saja begitu. Canda tawa dan senyum tergambar dari wajahnya. Memang sedang tak ada masalah, atau masalah itu disembunyikan agar tak ada yang mengerti jika dirinya sedang ada masalah. Pintar sekali engkau, Zhen. Tapi bagiku kau tak bisa menyembunyika itu.
Langit semakin buram dengan menumpuknya awan-awan hitam di langit yang tadinya cerah, secerah wajah Zhen sore ini. Mungkin ku harus tanyakan beberapa hal agar Zhen mau memberikan kejelasan mengapa dirinya menyembunyikan masalah-masalah dari kenyataannya;
“Hay Sahabat, dari tadi kau terlihat riang dan bahagia, memberikan celotehan-celotehan yang membuat ku dan lainnya tertawa terbahak-bahak. Namun, bagiku kau tetap saja tak dapat menyembuyikan masalahmu dariku. Ayo, jika kau ada masalah mari ceritakan bersamaku!”
“Hahaha... masalah? Semua orang memiliki masalahnya masing-masing bukan? Walaupun aku sedang tertawa seperti ini kau pasti berpikiran aku memiliki masalah. Benar juga, aku punya masalah tapi masalah tak perlu ku bawa sampai aku tak dapat tertawa lagi bersama mu dan mereka. Hahaha... bukankah begitu Sahabatku?”
“Bagiku kau harus tetap bercerita agar kau begitu lega dan kau merasa tak mengemban masalahmu itu sendiri. Aku siap membantu mu, Sahabat!”
“Terimakasih Sahabatku, bagiku kau sudah lebih dari baik jika mendengar cerita akan masalah-masalahku yang menjeratku dari kemarin. Kau menemaniku tertawa saja bagiku sudah bagus dan baik kok. Untuk masalahku, biarkan aku sendiri yang menghadapinya karena ku tahu kau juga memiliki masalah yang harus terlebih dahulu kau selesaikan. Oke sahabat! Hehehe...”
Sore ini Zhen “Sang Penakluk” mengajariku untuk tertawa walau masalah sedang merajalela dengan berbagai kesibukan yang ada. Tertawa mewakili hati yang bahagia, meletakkan masalah untuk sejanak dalam sisi hati yang lain, sehingga rasa tawa dan canda akan bebas menguasai kita dalam meluangkan waktu yang telah banyak terbuang untuk mengatasi berbagai masalah. Tak perlu banyak waktu untuk tertawa dan bercanda, kata Zhen. Hanya butuh 10-15 menit saja agar kebahagiaan menghiasi kita dan menumbuhkan kembali semangat yang tertimbun dengan awan-awan hitam masalah. Kata itu diwakili oleh cuaca diluar saat ini, dari dalam warung kopi terlihat jelas awan hitam di langit telah menutupi dengan jelas langit cerah yang tadinya menemani Zhen dan Sahabat-sahabatnya. Mungkin alam butuh tertawa dan bercanda untuk mengembalikan semangat cerahnya hahaha..., candaku bersama Zhen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H