Lihat ke Halaman Asli

Saktya Alief Al Azhar

Human Resources

Sosok itu Bernama...

Diperbarui: 5 Maret 2016   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Beberapa hari yang lalu, telah hadir sosok bertubuh cungkring nan kering datang melintasi gerbang mewah berwarna putih bertuliskan "Selamat Datang". Sosok lelaki itu mengenakan baju oblong berwarna merah, mungkin warna yang disukainya dan celana ketat berwarna biru agak kehitaman, mungkin itu juga celana kesukaannya.

Wajahnya pun tak nampak ada semangat namun bersahaja dan berwibawa. Tak takut akan suatu hal yang sedang menghadangnya. Tak gentar menantang halang rintang yang ada. Tak memiliki senjata di tangan, tapi memiliki senjata berlimpah di pikiran. Sekilas seperti sosok lelaki berparas pemimpin (mungkin).

Menyusuri jalan-jalan sejuk disertai rumput-rumput hijau yang menyapa penuh senyum sahaja. Menunjukkan betapa kuatnya kekuatan jalan tersebut. Menyadarkan bahwa lelaki itu harus bersemangat, walaupun dilihat lelaki itu tak memiliki semangat sama sekali. Mungkin ia sedang dilanda masalah yang sangat besar. Hanya mungkin saja. Tapi jalan itu memberikan senyuman pada lelaki itu karena keberanian dan tak gentar melawan apapun halangan di jalan itu.

Maukah kau berkenal dengannya? Mengenal dengan sedikit dekat sosok yang kau sebut-sebut sebagai pemimpin masa depanmu?

Pemimpin masa depan? Tidak salahkah kau menyebutnya, sahabat? Sosok itu tak sedikit pun tercermin di dalam dirinya sebagai pemimpin, malahan ia terlihat sebagai pecundang besar. Tak mengerti apa-apa dan tak ingin tau apa-apa. Selalu saja cuek dengan perihal sekitarnya.

Kenal aja terlebih dahulu lah, mungkin kau akan jatuh hati padanya. Mungkin saja dugaanmu salah mengenai lelaki tersebut. Lelaki tersebut pasti punya kelebihan sebagai pemimpin, mungkin karena ia laki-laki.

Cuma karena laki-laki, kau beranggapan ia sebagai calon pemimpin? Bodoh sekali kalau gitu dirimu,sahabat. Dapatkah kau mencari pemimpin masa depan yang lain. Aku tak percaya dirinya, aku pun tak memiliki semangat jika memandangnya. Sungguh, ia bukan pemimpin idamanku.

Aku kan hanya menyarankan untuk berkenalan terlebih dahulu, mungkin kau akan tau lebih dekat siapa ia. Setelah kau mengenalnya terserahlah kau ingin mengenalnya lebih dekat lagi atau tidak itu bukanlah urusanku lagi. Aku hanya diberi amanah untuk mengenalkan kau pada lelaki itu. Mau kah?

Oke lah demi persahabatan kita, aku mau berkenalan dengannya. Tapi aku tak menjamin setelah berkenalan aku ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Aku pun hanya ingin mengenal namanya saja. Siapa namanya? Keren kah?

Sosok lelaki bersahaja dan berwibawa itu bernama Zhen. Ya, hanya sapaan akrabnya saja yang ku tahu. Semoga kau tertarik dengan nama asing itu. Keren kan, sahabat (sambil tersenyum menang).


____03 Februari 2016____Ketika sosok Zhen pertama kali datang ke kampus hijau yang permai_____




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline