Lihat ke Halaman Asli

Merencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini untuk Menyelamatkan Bonus Demografi

Diperbarui: 1 November 2015   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis

 

Anak adalah amanah dan kebanggaan bagi orang tua. Sebagai permata hati yang menghiasi wajah ibu dan bapaknya. Siapa yang tidak merasa bangga ketika sepasang suami dan istri mendapatkan momongan selepas beberapa waktu mereka menikah. Selain menandakan bahwa secara biologis mereka normal, anak yang lahir merupakan generasi penerus bagi mereka. Anak yang lahir tidak hanya mendapatkan rasa kasih sayang dan doa kebaikan dari orang tua namun bisa jadi masyarakat sekitarnya yang lebih luas.

“Semoga engkau menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara” begitu kiranya doa kebaikan yang sering didendangkan orang tua kepada kita saat kecil atau doa kita saat ini kepada anak-anak. Mewujudkan doa ini menjadi kenyataan sangat diperlukan pengorbanan dan perjuangan dengan segenap harta maupun jiwa yang kita miliki. Seperti yang telah dilakukan para pejuang kemerdekaan bangsa indonesia, mereka rela memberikan harta maupun jiwa untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga kita sebagai generasi penerus dapat merasakan kemerdekaan yang ada saat ini.

Mencapai umur hampir 100 tahun, bangsa indonesia akan menikmati bonus demografi yang diperkirakan terjadi puncaknya di tahun 2030an. Bonus demografi merupakan kejadian dimana suatu negara akan mengalami surplus penduduk diusia produktif dan rendah diusia non produktif. Usia produktif dalam hal ini adalah usia kerja, dan salah satu kualitasnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang diperoleh.

Saya seorang ibu yang dikaruniai dua anak perempuan. Putri pertama berumur 5 tahun, kedua berumur 20 bulan. Tahun 2030 nanti, keduanya akan berumur 20 tahun dan 16 tahun, masuk dalam kategori umur produktif. Dalam benak saya, jika saat itu tiba, kedua putri saya akan bersaing dengan usia produktif lainnya untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya dan kesempatan kerja yang bersifat terbuka bagi masyarakat internasional.

Ada sedikit kehawatiran bagi saya dan suami, tidak hanya sekedar kemungkinan tingkat pendidikan yang akan diperoleh kedua putri kami, namun termasuk pembiayaan pendidikan mereka nantinya di masa depan, mengingat kenyataan yang ada saat ini cost pendidikan memiliki tren terus menerus naik. Kehawatiran itulah yang kemudian mendorong saya dan suami untuk mempersiapkan perencanaan pendidikan anak sejak dini, sejak kehadiran dan tangis mereka terdengar disamping kami. Perencanaan yang kami lakukan antara lain:

Memiliki Target Pendidikan

Setiap orang tua tentu memiliki cita-cita yang diharapkan kepada anaknya. Orang tua menginginkan setiap anak yang dilahirkan berhasil dalam kehidupan, salah satunya dengan mentarget jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan yang semakin tinggi masih menjanjikan kesuksesan untuk bersaing dikancah regional maupun internasional.

Di Indonesia sendiri anak mesti melewati sekitar 24 tahun untuk berada di jenjang pandidikan tertinggi yaitu S3, dengan melewati 2 tahun di PAUD, 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA, 4 tahun di S1, 2 tahun di S2 dan 4 tahun di S3, itu menurut waktu penyelesaian setiap jenjang secara normal. Lalu dijenjang manakah kita mentargetkan pendidikan anak-anak kita? Dan sudah siapkah kita secara materi untuk mendukungnya?

Mereferensi Sekolah Berkarakter

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline