Lihat ke Halaman Asli

Nur Sakinah

Mahasiswa-Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Bagaimana Mengelola Keuangan Ekonomi dalam Menghadapi Ancaman Resesi 2023? Silahkan Cek di Sini!

Diperbarui: 9 Oktober 2022   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sri Mulyani memprediksi ekonomi global akan jatuh ke dalam resesi pada 2023. Banyak pakar ekonomi juga menawarkan cara untuk mengelola keuangan  untuk menghadapi resesi 2023. Salah satunya dari Universitas Gajamada (UGM) Yogyakarta, I Wayan Nuka Lantara, PhD, dikutip dari ugm.ac.id, mengimbau masyarakat tetap tenang saat mengkaji rencana keuangan yang telah disusun sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa penyiapan dana darurat sangat penting dikerjakan oleh masyarakat.

Sebelum kita membahas pengelolaan keuangan menghadapi ancaman resisi ekonomi, mari kenali apa itu resesi, apa penyebabnya dan bagaimana nasibnya pada salahsatu negara seperti Indonesia agar kita lebih siap sedia sebelum dibayang-bayangi resesi ekonomi.

Resesi Ekonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi adalah perlambatan atau penurunan kegiatan komersial (industri) seolah-olah perdagangan, industri,dan sebagainya berhenti. Secara teknis, resesi adalah ketika pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan tahunan negatif untuk kuartal kedua berturut-turut. Resesi atau resesi, sebagaimana dikutip dari situs resmi laman ojk.go.id, adalah keadaan di mana perekonomian sebuah negara memburuk. Resesi tersebut ditandai dengan penurunan produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut, meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil yang negatif.

Beberapa indikator yang dapat digunakan negara dalam resesi adalah penurunan PDB, penurunan pendapatan riil, penurunan lapangan kerja, penjualan ritel, dan jatuhnya industri manufaktur. Dalam kasus resesi, tingkat pertumbuhan ekonomi adalah 0%, dan dalam kasus terburuk, itu hanya  menjadi negatif. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercermin dari pertumbuhan PDB.

Beberapa hal yang menyebabkan munculnya resesi ekonomi pada sebuah negara, yaitu :

  •  Inflasi

Inflasi merupakan reaksi kenaikan harga secara terus menerus. Inflasi sebenarnya bukan hal yang buruk. Tetapi inflasi yang sangat tinggi juga merupakan tanda resesi ekonomi.

  • Nilai impor lebih besar dari nilai ekspor.

Negara-negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara-negara yang memproduksi berlebih dapat mengekspor ke negara-negara yang membutuhkan barang-barang tersebut. Sayangnya, jika nilai impor melebihi nilai ekspor, bisa berdampak pada perekonomian, yaitu defisit pemerintah.

  • Pengangguran tinggi.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mendorong perekonomian. Jika suatu negara tidak dapat menciptakan pekerjaan yang berkualitas bagi pekerja lokal, pengangguran akan meningkat. Dengan tingkat kejahatan yang tinggi, ada risiko untuk bertahan hidup.

  •  Deflasi yang berlebihan.

Inflasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan resesi ekonomi, sedangkan deflasi dapat berdampak lebih buruk. Deflasi adalah situasi di mana harga turun dari waktu ke waktu dan upah turun, yang kemudian mendorong harga turun. Deflasi paling banyak mempengaruhi pengusaha (penyedia barang dan jasa). Jika individu dan unit bisnis berhenti berbelanja nanti, itu mempengaruhi perekonomian.

  • Gelembung kesejahteraan.

Salah satu alasan resesi ekonomi adalah gelembung aset. Para investor dengan cepat menjual sahamnya dalam serangkaian perdagangan panik, yang mengaburkan lintasan ekonomi sehingga memunculkan resesi ekonomi.

  • Guncangan ekonomi yang tiba-tiba.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline