[caption caption="ilustrasi (dok.novitasujarwati)"][/caption]
Suatu penyesalan dalam hidupku tak bisa mengucapkan kata maaf untuk terakhir kalinya. Pada saat itu kau terbaring koma disana. Diam… tak bergerak sedikit pun… tahu kah kau aku sangat menanti kau membuka matamu, aku sangat ingin mendengar suara mu atau melihat mata mu itu. Aku selalu ada disisimu menanti untuk dirimu membuka mata.
Pada malam itu aku berdoa kepada tuhan. Meminta bantuannya, untuk kesehatan mu. Aku berharap kepada tuhan agar kau segera pulih dari koma mu. Aku berdialog dengan tuhan apakah aku bisa menggantikan posisimu? Betapa aku ingin engkau sembuh, ingin melihat senyum mu. Aku selalu berdoa untuk kesembuhanmu kepada tuhan, aku meminta keajaiban darinya.
Setelah 15 hari aku dirumah sakit kuputuskan untuk pulang kerumah dan berangkat sekolah dari rumah. Pada saat sampai disekolah hatiku terasa ada yang kurang, ada yang mengganjal dihati ini. Seperti ada yang menarik paksa hati ini. Aku mengabaikan semua rasa ini, mengikuti semua pelajaran yang dilaksanakan.
Pada saat pelajaran berlangsung ada panggilan dari bapak/ibu guru untuk ku. Pada saat aku sudah diruang guru betapa terkejutnya aku ada ayah ku yang datang kesekolah. Pikiran ku sudah kacau, aku berpikir yang tidak tidak. Dan saat aku bertanya kepada ayah ku ada gerangan apa datang kemari ayahku hanya menjawab dengan senyuman, senyuman yang menyayat hati.
Diperjalanan aku bertanya tanya ada apa ini? Hatiku seperti tersambar petir didepan rumah banyak tetangga dan teman teman kakakku berada disana dan yang paling membuatku menangis disana aku melihat kakakku terbaring kaku dan tertutup kain putih sedang di pakaikan baju terakhirnya.
Aku menjerit dalam hatiku…
Ya tuhan bisa kah kau mengembalikannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H