Lihat ke Halaman Asli

Biarkan Sunyi Bernyanyi

Diperbarui: 10 Oktober 2015   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Resah dalam sebuah kisah, bersama waktu menembus ragu

Aku tau ini indah, aku tau ini tak mudah

Tenanglah dan duduk bersama sunyi dan rasakan sejenak, kelak semua terjadi tak pernah seperti yang kau harapkan.

--------

Entah perasaan apa hingga barisan kata ini tercipta, berbelit, rumit bahkan nyaris tanpa makna. Ketika yang terasa takpernah bisa diungkapkan oleh nada, terbataskan cara hingga raga hanya mampu bersimpuh memohon belas kasihan, nona!

 

Hadirku diantara berjuta jiwa di dunia, memiliki jiwa yang sama, raga yang sama, harapan yang sama cita yang sama, dan semua awalan yang sama, dulunya! Dan pada akhirnya jiwa ini hanyalah air mata yang terbuang, ketika sedih sekejap tlah mulai hilang, jiwa ini hanyalah sunyi yang ditinggalkan ketika keramaian mulai datang.

Jiwa diantara barisan pemeran sandiwaramu, biarkan pemeran-pemeran itu mengisi  waktu bahagiamu, bersamamu dalam kurun waktu yang tak ditentukan.

Kelak biarkan jiwa ini menjadi air matamu, pelampiasan resah dan ragumu, dan dalam waktu yang ditentukan aku keluar dari kelopak matamu, mengalir melewati lekuk wajahmu yang sejak dulu selalu terlihat indah, perlahan menyentuh ranum bibirmu meski hanya dari sudut kepedihan, tak sampai air mata ini hingga menikmati indah lehermu, kau usap aku lantas kau singkirkan.

Biarkan aku menjadi airmatamu! Biarkan ku basuh penuh wajahmu, biarkan sejenak kunikmati setiap inci keindahan wajahmu meski ku tau kau tak bahagia, dan pada akhirnya kau cegah aku menembus jauh lebih dalam tubuhmu, lantas aku kau singkirkan. Dan dalam waktu yang ditentukan kau kembali bersama pemeran yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline