APAKAH TUHAN PERLU DIBELA?
Tanya: Apakah Tuhan perlu dibela?
Jawab: Tentu saja tidak. Tuhan Mahakuasa kok dibela.
Tanya: Jadi?
Jawab: Saya tak membela Tuhan kok.
Tanya: Maksudnya?
Jawab: Saya membela diri, mempertahankan isi sistem kognitif dan afektif saya. Membela keyakinan dan nilai-nilai yang saya muliakan.
Tanya: Apakah harus?
Jawab: Tentu saja selalu begitu. Jangankan Tuhan yang kau yakini dan muliakan, penulis dan tokoh idola, penyanyi dan selera musik saja pasti kau bela kok. Iya kan? Memangnya penting mana?
Tanya: Lho?
Jawab: Lha lho lha lho! Pertanyaanmu itu yang keliru. Mestinya kau tanya dirimu sendiri, apakah memang Tuhan ada dalam sistem kognitif, afektif dan mewujud dalam perilakumu atau sekedar di mulutmu.
Tanya: Kesimpulannya?
Jawab: KEJUJURAN adalah juga keberanian bertindak seturut pengakuan keberimananmu. Bela keyakinanmu kepada Allah. Bela keyakinanmu kepada Yesus. Bela keyakinanmu kepada Hyang Widhi. Bela keyakinanmu kepada karma.
Tanya: Kalau tidak?
Jawab: Niscaya kau jadi contoh terbaik arti MUNAFIK.
Tanya: Terus?
Jawab: Lakukan dengan kewenangan berkeabsahan kalau bisa. Atau dengan lisan dan tulisanmu kalau tidak bisa. Bila tak mampu juga, setidaknya kau melakukan dalam hati.
Tanya: Kalau pakai pentungan, golok sambil menakut-nakuti?
Jawab: Kau tak menyimak frase "kewenangan berkeabsahan" ya?
Tanya: O ... begitu ya?
Jawab: Ya, begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H