Lihat ke Halaman Asli

Meta-riset, Karya Ilmiah Alternatif

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Meta-riset, Karya Ilmiah Alternatif

Sakban Rosidi

Mencermati kebijakan baru Dirjen Dikti melalui Surat Edaran (SE) No. 152/E/T/2012, tanggal 27 Januari 2012, yang mewajibkan calon lulusan S1, S2, dan S3 membuat karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, saya jadi teringat pernah menulis artikel sebagai solusi atas kasus dosen penjiplak karya ilmiah (Sakban Rosidi, “Mencari Jurus Baru Penelitian”, Surabaya Post, Rabu, 22 Mei 1996).

Sejauh pemikiran saya, pokok-pokok pikiran artikel tersebut  justru sangat relevan dalam keharusan bagi setiap calon sarjana, magister dan doktor untuk menerbitkan karya ilmiah pada jurnal ilmiah yang dipersyaratkan. Untuk maksud tersebut, tulisan ini saya hadirkan.

Wawasan Baru

Thomas Kuhn (The Structure of Scientific Revolution, 1962)menulis, "in most sciences the major changes and advances come, not through research techniques or new data, but from new ways of looking at existing data".

Mengacu tesis itu, siapa pun bisa memanfaatkan data hasil penelitian orang lain untuk menghasilkan pengetahuan baru. Tak perlu diragukan, bila data pinjaman itu diwawas secara baru dan didekati secara benar, bobot ilmiahnya tak akan kalah dengan penelitian konvensional.

Dalam konteks ini, kita bisa berpaling pada terobosan-terobosan metodologis mutakhir. Glass dkk (Meta Analysis in Social Research, 1981), misalnya mengetengahkan tiga jenjang penelitian, yaitu: penelitian primer (primary research), sekunder (secondary research), dan meta-riset (meta-research).

Dalam penelitian primer, data empiris dikumpulkan secara langsung dan dianalisis oleh peneliti. Data penelitian ini bersifat orisinal, sebab dirancang dan dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

Hingga kini, jenis penelitian ini masih mendominasi khasanah metodologis dan praktek penelitian sosial. Buktinya, Jackson (Methods for Reviewing and Integrating Research in the Social Sciences, 1978), menemukan hanya 2 (5%) dari 39 buku teks metode penelitian ilmu sosial yang membahas teknik sintesis. Dari yang ada itu, panjangnya tak lebih dari dua halaman.

Menurut Cook (The Potentials and Limitations of Secondary Evaluation, 1974) penelitian sekunder menganalisis-ulang data penelitian terdahulu untuk menjawab masalah-masalah lama dengan teknik analisis yang lebih ketat. Bisa pula masalah baru dengan teknik yang lama maupun yang baru. Keduanya berdasar data lama, yakni data penelitian primer.

Karena para dosen secara relatif lebih baik wawasan teoretik dan metodologiknya, mereka bisa mendayagunakan data penelitian primer (skripsi) mahasiswa untuk penelitian sekunder. Selain menghemat sumberdaya, kesimpulannya akan lebih tajam, aspek-aspek masalahnya lebih tercakup, dan bobot teoretiknya lebih tinggi.

Meta-Riset

Meta-riset merupakan prosedur pengintegrasian sejumlah penelitian primer yang sejenis dengan berbagai teknik analisis. Berdasar masukan datanya, dibedakan dua jenis meta-riset, yaitu: meta-analisis dan inventarisasi dalil (Everett M Rogers, Methodology for Meta-Research, 1990).

Dalam meta-analisis, peneliti menggunakan teknik statistik untuk meninjau kembali dan memadukan data sejumlah penelitian primer. Masukannya adalah data empiris-kuantitatif. Strategi ini dapat dilakukan jika sejumlah penelitian kuantitatif tersedia data mentah-empirisnya yang lazimnya tersaji dalam lampiran. Karena itu, varian ini dinilai berciri kuantitatif, tanpa prasangka terhadap mutu data primer, dengan tujuan menarik kesimpulan umum (Glass et al., 1981).

Suatu uraian padat dan contoh penerapan meta-analisis bidang psikologi sosial adalah karya Harris M Cooper (1979). Sejumlah studi perbedaan konformitas laki-laki dan perempuan dianalisis dengan beberapa teknik dan saling diperbandingkan hasilnya (Harris M Cooper, Statistically Combining Independent Studies: A Meta-Analysis of Sex Differences in Conformity Research, 1979).

Varian lain meta-riset yang berbasis analisis muatan (content analysis) adalah inventarisasi dalil. Tujuannya meninjau kembali dan memadukan kesimpulan-kesimpulan verbal sejumlah penelitian primer. Data masukannya bersirat kualitatif,  berupa kesimpulan-kesimpulan penelitian primer.

Salah satu metode yang dikenal dalam varian ini adalah metode voting (voting method). Berdasarkan kekerapan (frequencies) kemunculan ragam kategoris hubungan statistik, -- positif, negatif, dan nihil -- ditarik suatu kesimpulan umum.

Contoh menarik dari penerapan teknik ini adalah studi Bruce Fuller (1987) tentang faktor-faktor sekolah yang meningkatkan prestasi belajar di Dunia Ketiga. Tak kurang dari 60 penelitian multivariat telah dikaji-ulang dengan hasil cukup mengejutkan (Bruce Fuller, What School Factors Raise Achievement in the Third World, 1987).

Selain inventarisasi dalil, masih ada varian lain dalam meta-riset, yaitu survai kasus (case-survey) yang diperkenalkan oleh Robert K Yin dan Karen A Heald (Using the Case Survey Method to Analyze Policy Studies, 1975), survai atas survai oleh Elihu Katz dan Jacon Feldman (The Debates in Light of Research: A Survey of Surveys, 1977), dan bahkan meta-riset atas sejumlah meta-riset seperti yang dilakukan Kazrin dkk (Meta-meta analysis: A New Method for Evaluating Therapy Outcomes, 1979).

Albert Einstein pernah berkata, "ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apa pun juga teori yang disusun menjembatani keduanya". Dengan teori, fakta-fakta empiris bisa disintesis dan diintegrasikan ke dalam tubuh pengetahuaan yang koheren. Tak punyakah kita kemauan untuk mengembangkan wawasan teoretik dan ketrampilan metodologis untuk menjembatani data penelitian kita yang cerai-berai?

Menarik untuk mengutip kalimat penutup artikel Paul E Pye (Meta-Analysis, 2006:173): "Finally, regarding  independency of results, it is not unusual to see multiple results used from the same piece of research. This may take the results of the meta-analysis appear more valid and generalizable than they actually are".

Bagai para dosen, adalah lebih terhormat melakukan meta-analisis atau metariset atas skripsi atau tesis para mahasiswa bimbingannya untuk kemudian diterbitkan sebagai sintesis temuan penelitian dalam jurnal ilmiah, ketimbang "menumpang" beken bergandengan dengan mahasiswa penulis skripsi atau tesis. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline