Lihat ke Halaman Asli

Menggapai Keselamatan dengan Ayam

Diperbarui: 2 Juni 2016   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebudayaan merupakan salah satu karya yang menunjukkan kemajuan peradaban  manusia. Secara sederhana kebudayaan bisa didefinisikan sebagai keseluruhan sistem  gagasan/ide , aktivitas, dan artefact yang dijadikan  menjadi milik bersama melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 1990). Karena sebab itu maka tak heran jika di setiap daerah dapat dijumpai kebudayaan yang beraneka ragam.

Di daerah Magelang, khususnya wilayah Kec. Bandongan ada tradisi unik yang sampai hari ini masih tetap dipertahankan, yaitu tradisi buang ayam. Tradisi buang ayam ini dilakukan saat ada salah satu anggota keluarga yang menikah. Membuangnya pun tak boleh sembarangan, ayam hanya akan dibuang saat rombongan pengantin laki-laki menuju rumah pengantin perempuan, itupun jika rombongan tersebut melewati jembatan yang dibawahnya mengalir sungai yang besar. Tradisi ini konon telah ada sejak zaman Animisme dan Dinamisme. Berbagai mitos yang banyak beredar di kalangan khalayak ramai memberitahukan bahwa tradisi membuang ayam ini bertujuan agar arwah ataupun penunggu dari sungai tidak mengganggu rombongan yang sedang melewati sungai.

Para orang tua yang masih percaya dengan hal-hal berbau mistis meyakini bahwa jika mereka tidak melaksanakan tradisi ini, maka kesialan akan menimpa keluarga mereka. Banyak kalangan, khususnya kaum agama menilai bahwa tradisi ini merupakan kegiatan yang mengandung kemusyrikan, karena mereka menganggap ada kekutan lain selain dari Alloh  yang dapat memberi kemudharatan kepada manusia. Walaupun mendapat kritikan yang cukup pedas dari kaum agama, tetap saja orang-orang yang teguh pada keyakinan akan hal-hal mistis ini mencoba melestarikannya, dengan alasan bahwa ini telah dilakukan oleh leluhur mereka dan mereka tidak berani untuk menentangnya.

Tradisi buang ayam ini sebenarnya menjadi fenomena yang cukup menarik untuk dicermati, mengingat kultur budaya masyarakat Bandongan yang dikenal cukup agamis, hampir disetiap kampung ada kyai atau ustad, berbagai majelis ta’lim pun rutin digelar tiap minggunya, tapi mengapa tradisi yang dianggap oleh kaum agama sebagai perbuatan syirik ini masih tetap eksis. Berbagai argumen pun banyak mengemuka terkait dengan fenomena ini, ada yang mengatakan bahwa meskipun mereka telah memeluk agama islam, akan tetapi rasa akan memiliki warisan tradisi leluhur tak akan pernah mereka tinggalkan, meskipun itu dianggap melanggar syariat. Ini merupakan salah satu dampak negatif dari perilaku Take for granted yang berkembang di masyarakat, meskipun dampak positifnya juga ada.

Menjaga warisan leluhur merupakan suatu keharusan, tapi sikap memilah apa-apa saja yang harus dijaga dan dilestarikan juga tak kalah pentingnya, jangan sampai niat baik merusak kegiatan keagamaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline