Lihat ke Halaman Asli

Bernostalgia Bersama Abang

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BERMAIN PISAU DI RUMAH SINGGAH
(kepada Begawan Martinus)

apa kabarmu
pernahkah kau menghitung waktu kita berpisah
seperti aku yang menghitung sepi kerinduan atasmu

sekarang kita bertemu lagi di rumah singgah
tempat dulu kita berbalas puisi dan berbagi buah
yang kau belah dengan lidah

lama aku tak membaca puisimu
walau begitu, tetap kukenali diksimu
tapi entahlah, semoga aku tidak tertipu

apa kau masih ingat yang kita bicarakan tahun lalu
suatu hari kita akan bermain pisau di sini
mencongkel mata penyair ber-make up abu-abu

bagai  seorang dulu mencongkel mata Sajak
karena sering berubah wujud, terkadang kelinci
di siang hari, kuntil anak di malam hari

O, apa aku tak salah ajak Begawan
gila aku gila pula kau karena
gila mereka bukan gila metafora

lihat, lihatlah di sana
seorang gila yang lain tengah lelap bermimpi
acuh tak acuh belatinya tak lagi berdiri

tiga lampu rumahnya dibiarkan begitu
itu rumah kita, lampunya terus bergantian
menyala, namun tanpa penjaga

dan sebelum kita bermain pisau
aku ingin tahu dulu wujud aslimu
sebelum aku menyesal telah merindukanmu

biar kutahui sedewasa apa
kau selama menulis puisi
biar kutahui seberapa mahal harga lampu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline