Lihat ke Halaman Asli

Tidak Ada Judul

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

tak tahu dimana aku harus mulai menulis semua yang tlah terlewati  sehingga tak sia-sia dan berlalu begitu saja, kau seorang wanita yang selama ini ku impikan meski sampai saat ini aku masih bermimpi harapku engkau hadir disisiku saat ku terbangun dari tidur ku, tak mudah ku mendekati wanita sesopan dan santun sepertimu, hari-hari yang berlalu hanya senyuman manis yang selalu kau berikan setiap berpas-pasan di ruang sesak penuh debu itu, aku pun membalas dengan senyuman pula meski tak semanis senyummu ku harap kau bisa menerima sepert ku menerima senyummu, perhatianmu selalu memberi semangat bagiku, sehari aku tak ke kampus selalu aku menerima pesan singkat mu yang menyapa dan bertanya "Assalamualaikum bang!!! masuk kuliah tidak?" jawaban tak selalu sama terkadang "ia aku lagi dijalan" kadang sebaliknya "tidak, aku lagi di lapangan aku harus masuk kerja" maklum aku pekerja sosial yang terkadang tidak bisa kutinggalkan begitu saja karena pekerjaanku meyangkut hajat orang banyak, tanggung jawab pekerjaan dan kewajiban belajar bagiku adalah dua hal yang berbeda tapi sama pentingnya, tapi tanggung jawab pekerjaan kadang kadang harus mengorbankan waktu belajarku dan harus kurelakan untuk tidak menatap dan menerima senyum manismu hari itu, padahal aku selalu berharap untuk bisa bertemu kamu tapi keadaan menuntut ku lain.

kenapa setiap hari aku teringat wajahmu, terbayang senyummu, dan sikap sopan santun itu, apakah aku jatuh cinta? atau itu hanya rasa kagum saja karena kau berbeda diantara mawar lain yang mekar di taman yang sama, jujur aku tak pernah mengucapkan kata-kata cinta sebelumnya inilah yang membuatku ragu untuk mendefinisakan bahwa yang kurasa saat ini adalah cinta,

jika memang ini cinta semoa Tuhan mengizinkan ku untuk mengenal cinta lebih jauh melaluimu, melalui sekuntum mawar yang selalu mengharumkan ruang hati hampa ini, mawar yang selelau menebarkan seberkah cahaya di saat ku berjalan di kegelapan, mawar yang memahamiku mawar yang selalu ku kagumi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline