Ramadan hadir lagi menjumpai kita, orang-orang yang beriman. Tujuannya satu, membawa kita ke level muttaqin. Itulah pesan utama firman suci Surat Al-Baqarah, ayat 183. Namun, sayangnya tak setiap kita dapat meraih takwa yang menjadi tujuan puasa.
Alangkah sayangnya, jika dalam momen ibadah tahunan ini, kita tidak berhasil. Sebab, untuk mengulangnya lagi harus menunggu setahun lagi. Padahal kita tidak tahu apakah tahun depan, masih bisa bertemu dengan Ramadan? Oleh karena itu, mengikuti pesan bijak dari para ulama, anggaplah setiap Ramadan sebagai Ramadan terakhir. Dengan begitu kita akan mengisinya dengan sebaik-baiknya.
Berikut ada empat bekal yang bisa kita siapkan agar Ramadan kita berlalu sia-sia belaka.
1. Bekal Maknawiyah
Setiap ibadah selalu mengandung dua unsur, lahir dan batin. Secara lahir, puasa berarti tidak makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Sedangkan secara batin, puasa Ramadan datang sebagai bulan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Kita memaknai puasa bukan sesuatu yang memberatkan, namun justru sebagai sarana kita mengalahkan hawa nafsu. Ramadan menjadi kesempatan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah Swt.
Sebelum Ramadan kita dianjurkan untuk berdoa, agar dipanjangkan umur sampai bisa menemui Ramadan. Dalam hati, kita tumbuhkan perasaan rindu dan cinta pada Ramadan. Rasulullah bersabda bahwa seseorang itu bersama dengan sesuatu yang dicintainya. Bila kita rindu dan cinta pada Ramadan, insyaallah kita akan bersama dengannya.
Selain itu, Ramadan adalah momen tepat untuk mengobati penyakit hati, seperti takabur, ujub, riya, ananiah, malas, dan sebagainya. Setiap kita dituntut untuk bermuhasabah (intropeksi hati). Intropeksi dalam bentuk memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf atas segala kesalahan pada orang lain. Tujuannya agar hati menjadi lapang dan bersih.
2. Bekal Ilmiyah
Setiap ibadah ada ilmunya. Demikian juga dengan puasa. Agar semakin mantap puasanya, perlu mendalami fiqhus shiyam. Dengan pemahaman dan ilmu yang cukup kita akan memahami dengan benar mana perbuatan yang dapat merusak nilai puasa dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitasnya.
Fikih puasa meliputi syarat sah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan sebagainya. Selain itu juga memahami amalan-amalan sunnah selama Ramadan, seperti tadarus, tarawih, infak, iktikaf, taubat, dan lain-lain. Semua itu membutuhkan ilmu agar ibadah puasa Ramadan kita bisa terlaksana dengan sempurna. Kesempatan untuk menimba ilmu puasa juga banyak ragamnya. Membaca buku, mengikuti kajian Islami, hadir di majlis taklim, bertanya pada ustad, dan seterusnya.
3. Bekal Jasadiyah