Lihat ke Halaman Asli

Tragis, Presiden Jokowi Tidak Membaca Grasi Mary Jane?

Diperbarui: 10 Juli 2015   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430097851597203877

Mary Jane diapit petugas

 

Oleh: Saiful Yazan Samsan

Pro-kontra hukuman mati sepertinya tidak mempengaruhi pemerintah Indonesia untuk terus melaksanakan ekskusi tahap berikutnya, saya tidak mempermasalahkan hukuman mati sepanjang proses hukum sudah betjalan dengan baik sekali lagi sudah berjalan dengan baik , lagipula ekskusi hukuman mati samasekali tidak mempengaruhi maraknya perdagangan narkoba di negeri ini, kenapa ..? Mengapa LAPAS bisa dijadikan sarang Narkoba bahkan para pelaku dapat fasilitas mewah, mustahil kepala Lapas tidak mengetahui masalah ini, yg ditangkap dan diungkap hanya pegawai rendahan.

Sayang sekali semangat pemerintah untuk mengurangi perdagangan narkoba dengan cara melakukan pidana mati tidak didukung dengan birokrasi yang baik, kalau begini lebih baik hapus hukuman mati di Indonesia, perbaiki dulu penegakan hukum.

Kembali ke judul diatas, sudahkah Bapak Presiden Jokowi membaca dengan seksama latar belakang Mary Jane mengajukan grasi, jangan sampai I DON'T READ WHAT I SIGN seperti kasus tanda tangan down payment (DP) mobil pejabat kemarin.

Yang saya ikuti tentang Mary Jane, beliau seorang korban perdagangan manusia dan korban sindikat narkoba.

Tekanan dari yang pro hukuman mati membuat Presiden Jokowi seakan tidak ada pilihan lain , saatnya Indonesia reformasi hukum dimulai dengan STOP HUKUMAN MATI sampai hukum benar-benar ditegakkan, seperti contoh diatas, aneh benar LAPAS berulang kali jadi sarang narkoba, apakah Kepala Lapas tidak tahu..? Ada fasilitas mewah Kalapas tidak tahu..? Apa Kabar Bapak Henry Yosodiningrat..? Anda sangat pro dengan Hukuman mati kiranya berkenan memberikan saya pencerahan..

Selamatkan Mary Jane... Sealamatkan Mary Jane...

Sumber foto: kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline