Kebahagiaan adalah mimpi hampir setiap manusia baik ketika terjaga maupun sedang terlelap, ungkapan itu tampaknya tidaklah berlebihan karena setiap hari kita bisa saksikan di sekeliling kita hiruk pikuk aktivitas manusia yang tidak lain dan tidak bukan adalah demi mencukupi kebutuhan hidup mereka, mulai dari kebutuhan pokok yang sangat urgen untuk dipenuhi sampai dengan kebutuhan tambahan yang sebenarnya tidak terlalu penting--namun tetap saja coba ingin dipenuhi. Apakah ada manusia yang tidak memimpikan kebahagiaan? Bila ada orang yang sudah tidak lagi mengejar kebahagiaan itu artinya mereka adalah golongan manusia yang sudah selesai dengan hidupnya, merasa cukup berbahagia entah dalam keadaan bagaimanapun kemudian yang banyak dilakukan adalah mengambil peran membahagiakan orang lain, mungkin demi mencapai puncak Hierarki Maslow mereka atau tujuan yang lebih luhur lagi, ibadah dan kemanusiaan.
Dalam hidup ada konsep tiga lapisan pada luar diri manusia, lingkar pertama adalah lingkar pengaruh, lingkar kedua adalah lingkar peduli, dan yang ketiga adalah lingkar perhatian. Konsep ini ditawarkan oleh Sabang Mowo Damar Panuluh atau yang akrab disapa Noe Letto. Salah satu pesohor di blantika musik Indonesia itu sekarang lebih aktif dengan kegiatan ceramah agama dan kebudayaan mendampingi ayahnya, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Konsep tiga lapis tersebut sering didengungkan oleh Noe setiap kali mengisi acara-acara ceramah di berbagai daerah, dan menurut penulis sangat tepat untuk menggambarkan hakikat kebahagiaan. Bila kita ingin berbagi kebahagiaan dengan sesama maka kita harus bisa memahami konsep tiga lapis itu.
Lingkar pengaruh seperti garis imajiner yang hanya cukup melingkari diri sendiri. Kita seyognya fokus terlebih dahulu pada lingkaran ini. Apa yang mampu dan mungkin kita pengaruhi dengan sumber daya dan potensi diri sendiri. Ini lah yang bisa kita kendalikan, kita ubah, dan kita kembangkan sehingga lingkaran semakin membesar. Ibarat menyetir sepeda motor atau mobil bila kita ingin memastikan kendaraan berjalan sampai tujuan dengan selamat maka mau tidak mau kita sendiri yang harus mengemudi karena lingkar pengaruh baru sebatas melingkupi diri sendiri. Bila memilih menjadi penumpang maka laju kendaraan adalah lingkaran peduli yang kita hanya bisa membantu menunjukkan arah, merasa was-was, dan menasihati pengemudi untuk berhati-hati. Sementara lalu lalang kendaraan lain adalah lingkar perhatian yang sama sekali kita tidak punya kontrol atasnya.
Semakin besar lingkar pengaruh yang kita miliki, maka akan semakin besar pula peluang kita untuk bisa memberi kebahagiaan pada sesama. Pada mulanya sumber daya yang ada hanya mampu mengontrol diri sendiri, membahagiakan diri sendiri, kemudian keluarga, saudara, teman, menyantuni mereka yang membutuhkan di lingkungan sekitar bahkan di lingkungan yang lebih luas lagi. Bila kita fokus memperbaiki lingkar pengaruh kita tanpa disadari lingkar peduli dan lingkar perhatian sudah masuk ke dalam lingkaran pengaruh kita, seperti halnya yang telah dicapai oleh PT Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) saat ini. Salah satu perusahaan ekspedisi terkemuka tanah air yang mulai dirintis tahun 1990 oleh Djohari Zein. Lingkaran kecil yang semula hanya mampu membahagiakan 8 orang karyawan di satu kantor, sekarang menjadi begitu besar dengan menghidupi 40.000 lebih karyawan yang tersebar se antero nusantara. Bukan hanya itu, dengan lingkar pengaruh yang begitu besar JNE tidak hanya mampu berbagi kebahagiaan kepada karyawan saja, namun juga bisa berbagi kepada masyarakat khususnya pelanggan dengan memberikan pelayanan yang maksimal dengan tarif jasa yang terjangkau. Di tahun 2020 ini bertepatan dengan hari jadinya yang ke-30 JNE juga berbagi kebahagiaan dengan mengadakan lomba menulis, fotografi, dan videografi yang bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia dengan hadiah senilai ratusan juta rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H