Semasa SMA, sejarah itu pelajaran tersulit plus gurunya killer. Akibat jepitan yang sangat menyiksa itu, solidaritas kami kuat. Kami sepakat contekan dan diusahakan nilainya sama.
Ketua kelas menugasi yang terpandai menyonteki teman terdekat dan disebarkan. Walhasil, kami senang karena semua nilainya 80!
Sebaliknya, sang guru malah murka. Dia curiga karena salah dan benarnya di nomor-nomor sama. Maka, kami harus her.
Keadaan menggenting ini kian menyolidkan kami. Kesepakatan bercontekan massal saat her tetap berlaku. Hasilnya melejit 90!
Sang guru marah besar. Kami diwajibkan remidi. Sialnya, kali ini diganti ujian lisan.
Akhirnya, kami ketahuan aslinya. Mayoritas di bawah 50. Aku sendiri 30!
Nasib! Nasib!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H