Lihat ke Halaman Asli

Jujur Itu Luhur

Diperbarui: 11 Mei 2022   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana SDN Kampung Dalem pagi itu sangat meriah. Tiap wali kelas dibantu tiga siswa sibuk membawa enam bingkisan plus satu piala dari kantor menuju kelas masing-masing. Bingkisan berbungkus kertas kuning keemasan itu diletakkan di meja guru. Letaknya diurutkan dari yang paling tipis. Di sisi paling kanan, bertengger piala setinggi sekitar 25 cm.

Meski peristiwa yang sama telah berlangsung tiga tahun berturut-turut, tetap saja suasananya mendebarkan hati siswa. Mereka berharap-harap cemas namanya disebut meski cuma di urutan keenam. Penghargaan siswa teladan tahunan itu memang bergengsi di sekolah yang terletak di jantung kota Tulungagung itu. Bergengsi karena penilaiannya dimulai sejak masuk tahun ajaran baru. Yang dinilai pun tidak hanya prestasi bidang studi. Kedisiplinan, tingkah laku, sopan santun, dan pengamalan agama juga dijadikan tolok ukur. Maka, menjadi siswa teladan berarti memang benar-benar patut diteladani. Tidak hanya itu. Sang juara kelas akan diseleksi lagi menjadi siswa teladan sekolah. Pengumumannya di lapangan sekolah sekitar pukul 9.00.

"Selamat pagi, Ananda tercinta," sapa wali kelas V ramah.

"Selamat pagi, Bu," jawab ketiga puluh lima siswa serempak.

"Bagaimana, sudah tak sabar menunggu pengumuman?"

"Ya . . . !" jawaban seluruh siswa kelas V makin kompak dan tinggi nadanya.

Bu Umi hanya tersenyum melihat anak didiknya tegang. Lalu, dia membuka map berhias batik coklat. Satu per satu disebutkan nama sang teladan. Mulai juara III dan juara II. Yang dipanggil pun dengan gagah dan percaya diri tampil ke depan kelas. Mereka berjajar dari selatan ke utara. Diawali Harianto dan terakhir Ajeng.

"Kini, tibalah saatnya Ibu akan mengumumkan sang teladan kelas kita tahun ini. Siapa dia?! Kita tunggu setelah pesan-pesan berikut ini ...," kata Bu Umi.

"Yah, seperti di iklan televisi saja, Bu, Bu!" sungut Endro yang pemarah.

"Cepat diumumkanlah, Bu! Siapa tahu itu saya!" teriak Toni yang ambisius. Padahal, nilainya biasa-biasa saja. Tak ayal, sikap Toni disambut koor "Hu ...!" dari teman sekelasnya.

"Baiklah. Juara tahun ini, menurut Ibu, sangat mengejutkan." Para siswa saling pandang demi mendengarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline