Allah swt. berfirman, "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, 'Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Q.S. At Taubah: 34)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. telah bersabda, "Seseorang yang menyimpan hartanya, tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka jahanam. Baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya ...., dan seterusnya." (H.R. Ahmad dan Muslim)
Ngeri. Kata itulah yang tepat untuk menggambarkan keadaan orang yang disiksa oleh Allah swt. karena lalai membayar zakat sebagaimana digambarkan dari firman-Nya serta sabda Rasulullah saw. di atas. Mereka yang lalai itu akan menerima siksaan yang pedih nanti di akhirat. Mereka akan mendapat balasan yang setimpal atas dosa mereka tidak mau membayar zakat sebagaimana perintah Allah.
Sebagai seorang muslim, kita selayaknya memberikan perhatian yang serius terhadap semua perintah Allah maupun larangan-Nya. Bila itu berupa perintah, maka kita sebagai hamba berkewajiban melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Ketaatan pada perintah Allah ini akan berbuah pahala dari-Nya. Sebaliknya, bila kita melalaikannya, maka balasannya adalah dosa. Di sisi lain, jika berupa larangan, maka kita pun wajib menghindarinya. Sebab, jika kita langgar, maka catatan dosa semakin menoda pada diri kita. Namun jika berhasil menjauhinya, makin mulialah kita di mata Allah. Begitu seharusnya kita menyikapi dan mengantisipasi perintah dan larangan Allah.
Berkaitan dengan itu, kita dituntut serius dalam berzakat sebagai bukti patuh pada perintah Allah. Terutama zakat fitrah di akhir Ramadan ini. Dengan berzakat sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya, berarti kita telah membuktikan diri sebagai muslim yang bertanggung jawab dalam taat pada perintah zakat tersebut. Kita pun harus ingat, Allah memurkai kita bila tak menunaikan zakat. Murka Allah itu bisa ditimpakan kepada kita, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Banyak kejadian di dunia ini menggambarkan betapa dahsyat murka Allah bagi mereka yang lalai dalam berzakat. Orang yang kaya raya yang tidak mau mengeluarkan zakat, hidupnya tidak tenang. Badannya selalu sakit-sakitan sehingga banyak menguras hartanya untuk berobat, baik di dalam maupun luar negeri.
Jiwanya juga dihinggapi berbagai penyakit. Kikir mengeluarkan bantuan untuk pengemis, kaum duafa, fakir miskin, dan lain-lain. Hatinya terjangkit rasa curiga, was-was, dan cenderung paranoid. Bila ada orang mendekati rumahnya, dengan penuh syak wasangka dia berkata kepada dirinya, "Jangan-jangan mereka cuma minta sumbangan. Atau bahkan mereka akan merampokku!" Pendek kata, hidupnya jauh dari kata "tenang".
Itu baru siksaan di dunia. Bagaimana di akhirat kelak? Wah, siksanya makin dahsyat! Mereka akan dibuatkan setrika-spesial. Terbuat dari api neraka. Lalu, Allah setrikakan ke lambung dan dahi mereka. Tak bisa kita bayangkan betapa pedih siksa Allah bagi mereka yang tidak berzakat!
Maka dari itu, pilihan tepat bagi kita sebagai muslim yang taat adalah segera berbenah dalam menunaikan zakat. Kita mulai dulu dengan mempelajari hal ihwal zakat, baik dari ustad atau kiai yang berkompeten, maupun dari buku-buku tentang zakat. Kemudian, kita tunaikan kewajiban zakat itu dengan niat semata-mata demi Allah yang telah memerintahkan zakat tersebut adar Dia rida kepada kita.
Kita sebagai muslim juga harus sadar, sebagian dari rejeki yang kita miliki itu merupakan hak Allah yang harus kita belanjakan sesuai ketetapan-Nya. Ada yang untuk fakir, miskin, dan lainnya sebagaimana diatur dalam surat At Taubah ayat 60. Jadi, tidak benar jika harta itu merupakan hak milik pribadi sebagaimana pahak para kapitalis. Tidak benar pula kita bebas-lepas membelanjakan harta itu sesuai keinginan pribadi sebagaimana paham kaum liberalis dan para hedonis. Juga tidak benar kita harus membagi sama rata dan sama rasa atas harta itu dengan orang lain di sekitar kita sebagaimana paham sosialis.
Yang benar adalah harta itu hakikatnya titipan Ilahi. Maka, kita wajib menjaga amanah harta itu sesuai dengan aturan yang Allah kehendaki. Salah satunya adalah zakat. Maka, zakat jangan sampai terlewat. Jika zakat terlewat, akibatnya sangat dahsyat.