Lihat ke Halaman Asli

Betapa Nikmatnya Menerbitkan Buku Online!

Diperbarui: 21 April 2022   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih ada saja yang beranggapan bahwa menulis dan menerbitkan buku itu sulit. Padahal, di era serba online saat ini semua dapat terwujud dengan sangat mudah. Dan saya telah merasakan sendiri betapa nikmatnya menerbitkan buku secara online.

Mulanya saya tertarik menerbitkan buku karya saya secara konvensional. Artinya, karya tulis saya dalam bentuk buku itu diprint, dijilid, dan dikirimkan ke penerbit ternama dan berskala nasional. Namun, semuanya mengalami kegagalan. Yang saya dapatkan hanya surat penolakan dan pengembalian naskah dari penerbit.

Walau begitu, saya tetap menulis dan menulis tanpa memublikasikannya ke penerbit. Pokoknya, saya harus terus menulis agar tetap eksis. Sehingga, saya punya moto pribadi, "TETAP EKSIS, BERKAT MENULIS." Hobi menulis memang sudah mendarah daging sejak di bangku SMP. Sekarang, saya jadikan sebagai profesi.

Sampai akhirnya, saya diberi info oleh anak didik saya yang telah berhasil menerbitkan novelnya di sebuah penerbitan online di Bogor. Atas saran murid tersebut, saya kirimkan naskah-naskah buku saya yang dulu pernah ditolak penerbit. 

Tentu saya harus menaati aturan main di penerbit online Bogor itu. Syarat naskahnya harus diketik dalam format Word 2003-2007, kertas ukuran A5, margin 2 cm, huruf Bookman Old Style, spasi 1,15, maksimal 300 halaman tiap buku. Ada syarat lain, yaitu membuat akun di website penerbit tersebut.

Saya pun harus menata ulang format naskah tiap buku yang akan saya kirim ke penerbit online itu. Walhasil, satu naskah selesai, lalu saya kirim ke penerbit itu melalui format websitenya.Seminggu kemudian, ada pemberitahuan lewat WA bahwa naskah itu bisa diterbitkan. 

Saya diminta menunggu proses layout dan penomoran ISBN. Proses penantiannya sampai menjadi buku siap jual hanya seminggu. Jadi, dalam 14 hari saja, proses satu buku selesai dan siap jual secara online.

Karena begitu mudahnya, saya pun keranjingan memasukkan naskah-naskah tolakan sebelumnya ke penerbit online itu. Juga karya tulis lainnya yang belum sempat saya format dalam bentuk buku. Hasilnya, sejak pertengahan 2020 hingga akhir 2021, sudah terbit 23 (dua puluh tiga) buku. Sungguh, itu adalah anugerah luar biasa di tengah amukan pandemi virus Covid-19. Alhamdulillah!

Penulis sekaligus penjual

Di balik yang menggembirakan, pasti juga ada tantangan baru yang harus diselesaikan. Setelah buku terbit, saya sebagai penulis juga diberi link media sosial oleh penerbit untuk ikut serta berjualan. Jadi, di samping penerbit yang aktif berjualan melalui webstorenya, penulis juga harus ikut memasarkan lewat media sosial milik pribadi.  Misalnya: email, blog, instagram, youtube, dan lain-lain.

Mulailah saya sebagai penulis juga harus belajar memasarkan buku plus praktiknya sekaligus. Jadi, ada predikat baru bagi saya sebagai penulis dalam kancah penerbitan online, yaitu penjual. Lengkapnya, penulis sekaligus penjual. Maka, mau tak mau, saya harus belajar banyak tentang ilmu marketing. Harus mencari terobosan-terobosan baru dalam memasarkan bukunya. Inilah tantangan baru bagi penulis buku di penerbit online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline