Lihat ke Halaman Asli

Berpikirlah Seluasnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi dalam perjalanan menuju kampus, saya berpikir untuk apa kuliah? Menurut saya tidak penting lagi jika untuk mencari ilmu, apalagi kesuksesan. Banyak orang yang yang tak berpendidikan tinggi tapi toh bisa sukses. Saya mengambil kesimpulan bahwa kuliah sudah tak penting lagi asal kita sudah mampu menimbulkan pergejolakan pemikiran dalam diri. Tujuan kuliah hanya sebagai pemancing bagaimana pemikiran kita terus mengalami pergejolakan.

Kebetulan dikelas mata kuliah psikologi kognitif, teman-teman yang kebagian jatah presentasi dengan tema menyangkut berpikir. Berdasarkan yang saya baca, dijelaskan Berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggam-baran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, & kecerdasan.

Ada 3 ide dasar tentang berpikir utama. Pertama berpikir adalah kognitif, terjadi secara “internal”, tapi keputusan diambil lewat perilaku. Jadi dapat disimpulkan tingkah laku seseorang dapat berasal dari proses berpikir dahulu, itulah mengapa kita disarankan untuk menenangkan diri dan pikiran ketika sedang marah, karena marah adalah jenis emosi negatif yang dapat mengganggu kita berpikir, sehingga tindakkan kita tanpa melalui pemikiran yang matang.

Ide dasar kedua ialah berpikir adalah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif. Simplenya adalah dalam berpikir kita menggabungkan informasi yang sudah ada dipikiran dengan apa yang sedang dialami atau diketahui saat ini sehingga pengetahuaan kita menjadi bertambah.

Dan yang terakhir menjadi ide dasar adalah berpikir bersifat langsung & menghasilkan perilaku yang “memecahkan” masalah atau langsung menuju solusi. Hal yang sering kita alami, bagaimana seseorang dalam masalah seperti ban motor kempes kita berpikiruntuk menemukan solusi dengan cara segera mencari tukang tambal ban. Walaupu tindakkan kita tidak pasti menuai hasil yang diharapkan, tapi pikiran kita langsung menuju solusi yang terdekat.

Ada hal yang menarik tentang berpikir, sebuah cara berfikir yang di kemukakan seorang matematikawan Inggris Henry Ernest Dudeney, ia beri nama cara berpikir diluar kotak (think out of the box), cara berpikir seperti ini digunakan para evolusioner. Sebuah cara berpikir di luar batasan yang lazim atau cara berpikir dengan perspektif baru. Kita berpikir diluar sesuatu yang membatasi, diluar kotak-kotak yang mengurung kita berpikir secara radikal. Para orang kreatif umumnya menggunakan cara berpikir seperti ini. Pada intinya, berpikir di luar kotak berarti berani untuk berpikir lebih jauh, tidak terfokus hanya pada apa yang dihadapi dan apa yang biasanya orang pikirkan, tapi untuk bisa berfikir lebih jauh dari kemampuan dan kebiasaan yang ada dan orang-orang pada umumnya.

Bagaimana cara berpikir seperti ini, saya menemukan solusinya pada situs Wikipedia, ada 4 cara yaitu:


  1. Keluar dari zona aman. Itu cara pertama bagaimana kita bisa berpikir diluar kotak. Tak ada pembaharuan jika masih berada pada ruang kenyamanan. Pergejolakan pemikiran timbul karena ada sebuah tantangan atau masalah yang menjadi kita keluar dari zona nyaman. Saya percaya orang hebat bukan superman ataupun manusia super, orang hebat ialah ia orang yang biasa-biasa saja yang mau menghadapi permasalahan hidupnya dengan cara super.
  2. Tinggalkan keraguan. Keraguan adalah cara alam menjebak. Orang hebat terlahir dari seleksi alam, terserah kita mau ikut seleksi apa tidak. Jika seseorang ingin mengalami peningkatan dan terobosan dalam hidup, maka selain mulai keluar dari zona aman tersebut, yakinlah untuk memanjat kotak tersebut, dan segeralah keluar dari dalamnya, maka hal-hal baru yang tidak pernah terbayangkan akan ditemui.
  3. Dengarkan orang lain, terbuka, dan menerima. Orang-orang yang berpikir di dalam kotak adalah orang-orang yang tidak pernah mau menerima ide-ide yang bermunculan di sekitarnya. Mereka selalu memandang ide-ide tersebut tidak akan bekerja. Oleh karena itu, seorang yang mau untuk berpikir di luar kotak harus memiliki kerendahan hati untuk membuka dirinya, menerima pendapat dan ide-ide dari orang lain, kemudian mengolah nya dengan cara-cara di luar kerangka berpikir yang pada umumnya.
  4. Keterbukaan untuk melakukan hal yang berbeda,dan melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Orang yang melakukan hal yang sama, dengan mengharapkan hasil yang berbeda itu adalah orang gila, begitu pendapat yang dari Albert Einstein. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa berpikir di luar kotak berarti berani untuk berpikir lebih jauh, tidak terfokus hanya pada apa yang dihadapi dan apa yang biasanya orang pikirkan, tapi untuk bisa berfikir lebih jauh dari kemampuan dan kebiasaan yang ada dan orang-orang pada umumnya.

Selamat berpikir, sudah siap menjadi pembeda?

Sumber: Psikologi Kognitif, Robert L. Solso (2008)
Wikipedia Indonesia, Diunduh tanggal 05 Desember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline