Lihat ke Halaman Asli

CAHAYA KENANGAN

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak kuasa saya melihat terangnya, yang disucikan dari kegelap. Ialah cahaya yang bersinar.

Bila cahaya yang menyinari hati, cahayanya dipantulkan keluar oleh hati yang terbuat dari kaca.

Menyinari malam, membimbing pada jalan yang gelap. Menghiasi pandangan dengan gemerlap cahaya.

Menjadi energi bila malam telah berganti siang, diolah oleh pohon-pohan yang hijau. Sehingga menghasilkan harum wangi semerbak, buah-buahan yang lezat. tak ayal jika burung-burung pun bernyanyi di ranting pepohonan.

Dia telah memberikan apa yang saya inginkan, sesuatu yang tak ku miliki, menghiasi kekosongan dengan cahayanya.

Cahaya itu diberi pakaian sehingga berwujud.

Wujud itu menghangatkan jiwa yang kedinginan.

Wujud itu menyejukan hati yang kepanasan.

Wujud itu menyegarkan fikiran dan tubuh.

Wujud itu memberikan tempat berpijak.

Wahai cahaya yang sudah berupah menjadi wujud, maukah kau bersamaku.

Sungguh indah bila dapat menyatu dennganmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline