Antara Plagiat dan Mencontoh
Plagiarisme suatu peristiwa yang akhir-akhir ini kerap kita dengar, apa lagi dalam dunia akademisi. Bahkan salah satu PT ternama di indonesia membatalkan gelar doktor kepada alumninya akibat dari plagiarisme tersebut.
Bahkan saking hebohnya fenomena ini ada salah satu teman saya sedikit-sedikit bilang plagiat.
Apa sih plagiat itu sebenarnya???
Menurut KBBI,
pla.gi.at
[n] pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri, msl menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan
men.con.toh
[v] (1) berbuat atau membuat sesuatu menurut contoh; meneladan; meniru: murid-murid ~ gambar dr buku; anak-anak biasanya ~ tingkah laku orang tuanya; (2) meniru (menjiplak, menyalin) pekerjaan orang (tt murid sekolah): pikirkan dan kerjakan sendiri, jangan ~ saja.
Dari pengertian tersebut bisa kita tarik kesimpulan, bahwa plagiat dan mencontoh itu berbeda.
Plagiat : menjiplak atau mengaku karya orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya untuk dijadikan sebagai karya ciptaanya.
Mencontoh: sudah di ketahui pemiliknya bahkan di suruh untuk melakukan perbuatan tersebut (mencontoh) seperti apa yang di lakukan seorang guru TK mengajari anak didiknya untuk menulis.
Dari perilaku tersebut memang sama-sama menguntungkan si pelaku. Tapi kita harus bisa membedakan antara plagiat dan mencontoh.
Suatu contoh :
Kita hidup di dunia ini tidak mungkin langsung bisa berpakaian,makan, membaca, dan sebagainya. Kita mulai dari kecil hingga sekarang bisa mengerjakan sesuatu tersebut karena kita diajarkan dan mencontoh orang tua kita.
Kita belajar matematika dari zaman dahulu hingga sekarang bahwa rumus mencari luas segitiga siku-siku adalah c² = a²+b².
Guru kitapun yang mengajari kita pakai rumus ini.
So, menurut saya meniru itu sah-sah saja asalkan bukan memplagiatnya. Kita boleh mencontoh sedikit dari pendapat seseorang tapi kita kembangkan sendiri sesuai dengan pemikiran kita. Kita tidak bisa lari dari kata meniru karena pada dasarnya hidup ini adalah meniru. Dan akhir kata menurut quotes Mario Teguh “ Jadilah peniru yang sulit ditiru”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H