Sahabat Baru
Di dalam sebuah kamar penginapan sederhana, Ken Angrok mulai menelusuri berita-berita dengan HP barunya. Dia ingin memperjelas duduk perkara sebenarnya. Namun Ken Angrok masih sulit menemukan hubungan-hubungan antar kejadian. Dugaan polisi menurutnya kemungkinan tidak benar, para penculiknya tidak sedikit pun mulukai dan bahkan membebaskannya dengan memberi bekal yang cukup. Jika para penculik itu bagian dari mafia narokoba, lalu mengapa melakukan itu? Dia benar-banar tidak bisa menebak siapa penculiknya itu dan apa maksudnya? Dia hanya tahu para penculik itu menyebut "Bos Bram", siapa dia?
Ken Angrok juga mendapat informasi baru dari media online mainstream, ada keterangan Polisi yang menyebutkan bahwa anak tersangka bandar narkoba, yang diculik oleh beberapa orang tak dikenal, adalah pengguna aktif narkoba sehingga perlu dikirim ke panti rehabilitasi. Informasi inilah yang membuat Ken Angrok memahami mengapa para penculiknya melarang menghubungi siapa pun atau kembali ke Tumapel dalam waktu dekat. Alat-alat komunikasi teman-teman dan orang yang dikenal pasti akan disadap, pikir Ken Angrok. Dia juga terpikir tentang Bulik Ken yang pasti sangat kebingungan dengan kejadian ini. "Apa boleh buat, sementara aku harus hidup sendiri agar orang lain tidak terlibat dan terseret dengan masalahku ini," pikirnya.
Dia membuka amplop cekelat yang diberi para penculik di dalam tasnya, lalu menghitung uang yang tersisa, tinggal 7 jutaan. "Uang segini akan mampu menopang hidupku sampai berapa lama?" pikirnya. Ken Angrok mulai menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan segera saat ini. Pertama, dia harus mencari kamar kos untuk berhemat. Kedua, dia harus mencari pekerjaan atau tempat perjudian jika ada di daerah Kapundungan ini. Dia akan fokus pada dua hal itu dulu untuk bisa bertahan hidup sebatang kara.
***
Lewat tengah hari, Ken Angrok yang masih merenung sambil tiduran merasakan perutnya mulai lapar dan juga tenggorakannya kering. "Aku harus keluar mencari makanan dan minuman dulu," pikirnya. Dia pun bangun lalu keluar penginapan. Kem Angrok berjalan perlahan sambil mempelajari situasi dan kondisi kota kecil ini. Kota yang tidak terlalu ramai pikirnya. Ken Angrok berjalan ke arah terminal di mana tadi dia turun. Sepertinya hanya di area terminal itulah keramain kota ini.
Ketika dia menyebrang jalan kecil yang tembus ke sebuah lapangan, matanya melihat ada sekelompok anak seperti sedang berkelahi dilapangan itu. Ken Angrok pun langsung berbelok memasuki jalan kecil itu ingin melihat apa yang terjadi. Benar saja, dia melihat sekitar 5 orang anak sedang mengeroyok seseorang yang dengan susah payah membela diri. "Woooi....! Brenti kalian!" reflek Ken Arok berteriak mencoba mencegah agar anak yang dikeroyok tadi tidak terluka parah.
Seorang anak yang memiliki badan paling tinggi dan besar, sepantaran Ken Angrok, tiba-tiba berbalik dan melihat tajam Ken Angrok. Sementara 4 orang yang lain, terus mengeroyok anak yang mulai kelelahan. "Ojok melok-melok kon! Udu ursanmu! (jangan ikut-ikut kamu! bukan urusanmu!)" kata anak yang berbalik tadi sambil menunjuk Ken Angrok.
Ken Angrok tidak peduli, dia terus maju mendekat ingin memisahkan perkerlahian itu. Hal ini membuat seorang anak yang berbadan paling besar itu langsung maju menyerang Ken Angrok. Dalam hal bela diri, kemampuan Ken Angrok sudah sangat mempuni. Serangan anak itu hanya sia-sia mengenai udara di kanan kiri tubuh Ken Angrok. Hanya dalam hitungan detik, anak itu langsung roboh tersugkur di tanah dihajar tinju Ken Angrok. "Woi! Brenti! Atau kalian aku buat seperti dia!" teriak Ken Angrok.
Empat orang anak yang tadi masih mengeroyok tiba-tiba berhenti, kaget melihat temannya tersungkur di tanah dan kesulitan untuk bangun. Kesempatan itu digunakan oleh anak yang dikeroyok tadi untuk memukul balik dari belakang. Kontan 4 anak itu kebingungan antara menolong temannya atau kembali mengeroyok. Rupanya mereka memilih untuk kabur melihat kenyataan temannya yang paling diandalkan tersungkur tidak bisa bangun. Anak yang dikeroyok tadi mencoba mengejar namun tangannya ditangkap Ken Angrok.
Melihat Ken Angrok menghentikan anak yang dikeroyok tadi, dua pengoroyok menghampiri temannya yang terjatuh. Mereka membantu membangunkan dan mengajaknya buru-buru pergi. "Awas kon sesuk ya! (awas kamu besok ya!)" teriak anak yang tangannya masih dipegangi Ken Angrok.