Lihat ke Halaman Asli

Saifoel Hakim

Freelancer

Ken Angrok - 10

Diperbarui: 29 Juli 2023   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Nakal Tapi Pintar

Waktu terus berjalan, usia Ken Angrok pun memasuki usia anak SD kelas 6. Prestasi belajarnya luar biasa, kecerdasannya nyaris tak ada lawan. Setiap tahun ajaran baru, Ken Angrok tidak hanya peringkat 1 di kelasnya tetapi juga peringkat pertama di sekolahnya. Prestasi di sekolahnya itu ternyata juga berimbang dengan prestasinya sebagai murid yang sering berurusan dengan Bagian Pembinaan. Bango Samparan dan Genuk Buntu sudah tidak terhitung lagi bolak-balik dipanggil pihak sekolah karena 'kenakalan' Ken Angrok.

Secara fisik, Ken Angrok tumbuh menjadi anak yang sangat tampan. Penampilannya tidak pernah terlihat seperti 'anak desa' pada umumnya. Kehidupan Genuk Buntu di Jakarta sebelumnya membuat penampilan Ken Angrok kecil ditangannya seperti 'anak orang kota'. Dari sisi pshikologis, Ken Angrok tumbuh menjadi anak yang sangat percaya diri. Dia selalu tampil dimuka dan menjadi pemimpin dalam setiap permainan anak-anak seusianya. Dia tidak memiliki rasa takut untuk berkelahi jika diganggu, bahkan dengan anak-anak yang jauh lebih tua darinya. Rasa percaya diri yang tinggi ini membuat emosinya sedikit temperamental, mudah marah dan mengambil tindakan tanpa memikirkan akibatnya. Ken Angrok menjadi anak yang sangat lugas, tegas, tanpa basa-basi dan sedikit sekali memahami tatakrama atau sopan santun.

Perkembangan Ken Angrok tentu saja tidak luput dari perhatian Ken Endok yang rutin berkunjung sekali dalam sebulan ke Karuman. Ken Angrok mengenal Ken Endok sebagai Bulik Ken, sodara jauh ibunya. Bulik Ken bagi Ken Angrok adalah orang yang sangat baik. Bulik Ken sering mengajak jalan-jalan, membelikan mainan, dan jajanan yang dia sukai. Bulik Ken juga selalu memberi uang jajan yang cukup banyak sebelum pulang.

Ketulusan kasih sayang pasangan Bango Samparan kepada Ken Angrok membuat Ken Endok tidak merasa kuatir dengan anaknya itu. Dia hanya sedikit kuatir dengan perilaku Ken Angrok kecil yang cenderung bisa dibilang 'nakal'. Beruntungnya, senakal apa pun kelakuan Ken Angrok, ayah dan ibunya tidak pernah memarahinya dengan kekerasan fisik. Tidak pernah sekalipun Bango Samparan atau Genuk Buntu menampar atau memukul Ken Angrok.

***

Hari ini, Ken Angrok telah menyusun rencana dengan beberapa temannya. Mereka sepakat untuk mengambil mangga sebanyak-banyaknya di kebun milik Pak Kepala Desa. Beberapa kali mereka sudah minta secara baik-baik, namun selalu saja tidak pernah diberi. Mereka semakin jengkel ketika melihat Bima, anak laki-laki Pak Kepala Desa yang juga teman satu sekolah, setiap hari selalu membawa sekeranjang mangga yang ranum untuk dibagikan pada guru dan anak-anak perempuan saja. Bahkan suatu ketika, seorang teman Ken Angrok pernah meminta baik-baik satu butir buah mangga pada Bima namun hanya diberi bijinya saja. Sikap sombong Bima inilah yang memicu Ken Angrok dan 'genk'-nya untuk menyusun siasat. Mereka sepakat untuk berkumpul di tempat biasa setelah pulang sekolah. Namun, agar tidak membuat curiga dan menjadi pertanyaan banyak orang, mereka harus pulang dulu dan berganti pakaian biasa untuk bermain.

Mereka berlima berkumpul di bawah pohon beringin yang tidak jauh dari Komplek Pemakaman Umum. Tempat ini selalu menjadi pilihan berkumpul karena cenderung sepi dari lalu-lalang orang. Mereka adalah Ken Angrok, Singo Barong, Gajah Putih, Kidang Kencono, Boyo Lelono. Seperti biasa, Ken Angrok selalu menjadi 'leader' untuk mengumpulkan ide dan menentukan siasat apa yang harus dilaksanakan. Bocah-bocah SD itu tampak serius bercakap-cakap sambil duduk melingkar di tanah.

"Aku gak setuju caramu, Singo..," kata Ken Angrok menimpali siasat yang diusulkan Singo Barong. Lalu lanjutnya, "Gak semua diantara kita ini bisa keluar malam hari. Aku sama Kamu mungkin bisa, tapi Kidang sama Boyo pasti habis dihajar bapaknya."

"Iya Ken, betul katamu. Aku gak bisa keluar malam, ikat pinggang bapakku bakal mendarat dibadanku berkali-kali." sahut Boyo.

"Lha yang namanya maling itukan malam hari to? Kalo siang-siang bisa habis kita digebukin pegawainya Pak Kades." kata Singo mencoba membela diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline