Lihat ke Halaman Asli

Saifoel Hakim

Freelancer

Kent Angrok - 01

Diperbarui: 22 Juli 2023   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Si Cantik di Kebun Tebu

Seperti biasanya, Bramantyo sedang melakukan kunjungan rutin ke Desa Campara untuk memastikan bahwa perkebunan tebu di sana akan menghasilkan bahan mentah pabrik gula yang tetap berkualitas. Bramantyo adalah pejabat nomor dua tertinggi dari sebuah perusahaan besar produsen gula, Daha Corporation, di Kediri Jawa Timur. Perkebunan tebu di Desa Campara ini dikelola oleh perusahaan yang bernama Tumapel Inc., anak perusahaan Daha Corporation. Tumapel Inc. dipercayakan kepada Tunggul Ametung sebagai Direktur Utamanya.

Siang itu, Bramantyo dan Tunggul Ametung tampak sedang bicara di teras sebuah Rumah Singgah milik perusahaan yang tidak jauh dari perkebunan tebu. Tampak juga beberapa staf dari Tunggul Ametung sibuk melayani mereka berdua. Mereka berdua sedang membicarakan rencana panen yang diperkirakan akan dilakukan enam bulan ke depan. Ketika mereka sedang asik bicara dan diskusi, mata Bramantyo mendadak tertuju pada seorang perempuan desa yang lewat di jalan depan rumah itu. Perempuan itu sepertinya membawa makanan di dalam rantang berjalan menuju ketengah perkebunan tebu.

Melihat gelagat Bramantyo, Tunggul Ametung berbisik, "Dia temanten baru Pak. Suaminya adalah buruh tani kita yang bekerja di sektor 8."

"Hemm, cantik juga yah? ha ha ha..," jawab Bramantyo sambil tertawa untuk menutupi rasa canggungnya karena ketahuan Tunggul Ametung anak buahnya itu.

"Kalo Bapak mau kenal lebih jauh, mungkin bisa saya usahakan untuk menghadap..," kata Tunggul Ametung sambil tersenyum.

Bramantyo tidak menjawab, dia hanya manggut-manggut sambil memandangi tubuh perempuan yang semakin menjauh dan menghilang di tengah tanaman tebu yang rimbun. Tunggul Ametung tahu persis watak dari Bramantyo. Bertahun-tahun dia telah mendampingi Bramantyo saat kunjungan ke perkebunan. Karena itulah, diamnya Bramanto, bagi Tunggul Ametung adalah perintah untuk menghadirkan perempuan itu sesegera mungkin.

"Oke..., sampai di mana kita tadi membahas rencana penen?," kata Bramantyo melanjutkan diskusi seperti tak menghiraukan percakapan singkat tadi.

Rumah Singgah itu memang dibuat perusahaan untuk posko saat kunjungan dari para pegawai Daha Corporation yang ditugaskan untuk mengawasi perkebunan. Di Rumah Singgah itu ada satu paviliun mewah yang dibuat khusus untuk Bramantyo jika berkunjung. Paviliun itu dipisahkan dengan Rumah Induk yang menjadi posko dengan sebuah lapangan badminton. Jika Bramantyo berkunjung, mobil pajero hitam miliknya selalu terparkir di lapangan dan menutup persis depan Paviliun. Dengan begitu, privasi Bramatyo sebagai pembesar Daha Corp. terjaga.

Setelah memberikan instruksi-instruksi pada seluruh staf, kira-kira pukul 4 sore, Bramantyo mengajak Tunggul Ametung ke Paviliun. "Pak Tunggul...," kata Bramantyo, "Kita ke Paviliun dan tolong bisa sediakan es kelapa muda? Sepertinya enak menikmati Es Kelapa Muda menjelang sore begini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline